Kamis, 20 November 2014

Mengapa Orang Suka Mendengki?

Hati Bersih adalah Lentera Kehidupan

Jagalah hati jangan kau kotori/ Jagalah hati lentera hidup ini//
Jagalah hati jangan kau nodai/ Jagalah hati cahaya Illahi//

Ingatkah dengan pentikan syair lagu yang pernah dipopulerkan ustaz Abdulah Gymnastiar atau yang kita kenal dengan sebutan Aa Gym, pemilik pondok pesantren Manajemen Qalbu Daarut Tauhid? Kalau Anda ingat, bolehlah didendangkan, karena lagunya sangat pas untuk mengingatkan kita yang terkadang tanpa disadari meningalkan fitrah hati yang senantiasa memberikan peringatan, manakala kita berbuat salah.

Hati atau dalam bahasa Arab disebut qolbu, merupakan sumber penalaran, tempat bersemayamnya pertimbangan, tumbuhnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan keras kepala, ketenangan dan kegoncangan. Hati juga sumber kebahagiaan, jika mampu membersihkannya, namun sebaliknya merupakan sumber bencana jika menodainya. Aktivitas badan sangat tergantung lurus bengkoknya hati.

Abu Hurairah r.a. berkata : “hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika raja itu bagus, maka akan bagus pula tentaranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tentaranya.”

Dalam hidup dan kehidupan di alam yang fana ini seringkali kita menemukan orang-orang yang keras hatinya sehingga hidupnya dihabiskan untuk bersenang-senang, berfoya-foya dan” hubbud dunya/ cinta dunia.

Cinta dunia inilah yang seringkali merusak fitrah hati untuk selalu memberikan pertimbangan ketika manusia berbuat dosa. Semisal, ketika seseorang mengambil harta yang bukan haknya (korupsi), sesungguhnya dia mengetahuinya bahwa perbuatan tersebut salah dan berdosa. Hati akan mengingatkan, “korupsi itu salah, berdosa, melanggar larangan agama, dan bisa menjatuhkan pribadi yang baik ke dalam lembah hitam, bahkan bisa mejadikan seseorng menjadi hina dina.”
Jika cinta dunia lebih dominan, maka nasihat hati tak akan didengarnya. Manusia kemudian terjerumus ke dalam dosa. Manusia mengira hidupnya akan susah dan wibawanya akan runtuh jika tak memiliki banyak harta, manusia mengira bahwa harta yang melimpah akan menjadikannya raja dan kekal menjalani hidup, manusia mengira kehormatannya terletak pada hartanya. Sungguh pandangan yang keliru, karena manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah mereka yang paling bertakwa.
Pembaca bulletin AS SHIDIQ yang dimuliakan Allah SWT, jangan-jangan kita termasuk orang yang hatinya rusak dan tidak bisa lagi menjadi pengingat ketika langkah kita mulai melenceng. Benarkah demikian? Mari kita kenali tanda-tanda orang yang hatinya keras dan hanya menghabiskan hidupnya dengan cinta dunia.

Malas melakukan ketaatan dan amal kebaikan
Malas untuk menjalankan ibadah dan menganggap ibadah itu adalah perbuatan yang sia-sia dan dianggap tidak penting. Meskipun mereka melakukan salat, salatnya dilakukan asal-asalan tanpa ada kekhusyuan dan kesungguhan, serta merasa berat dalam pelaksanaannya. Salat orang yang cinta dunia, belum mampu menjadi benteng ketika syetan menggodanya untuk berbuat maksiat.

Tengoklah berapa banyak manusia yang tinggal di Indonesia, bergelar haji dan berulang kali melakukan ibadah haji ke Makkah, tapi tetap saja melakukan kecurangan. Bahkan, uang Negara untuk urusan agama pun dikorupsinya. Barangkali orang yang demikian, melakukan ibadah haji karena diniatkan agar mendapatkan pujian dari orang lain atau sekadar bersenang-senang bepergian ke luar negeri saja, bukan untuk mendapatkan rido Allah SWT.

Tidak tersentuh oleh ayat-ayat Al Qur’an
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh sama sekali, tidak mau khusyu’ dan tunduk, dan juga lalai dari membaca Al Qur’an, serta mendengarkannya. Bahkan engggan dan berpaling darinya. Sedangkan Allah SWT telah memperingatkan, artinya “maka beri peringatanlah dengan Al Qur’an orang takut kepada ancaman-Ku (QS Qaf : 45).

Di dalam ayat lain, Allah SWT mengatakan bahwa orang yang hatinya terisi dengan iman, maka ia akan merasa takut kepada Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. Yaitu, orang-orang yang melaksanakan salat dan menginfakkan sebagai dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. (QS Al Anfal: 2-3)

Tidak tersentuh dengan ayat Kauniyah
Orang yang hatinya mengeras, dia tidak tergerak dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana alam dll. Dia memandang kematian atau orang yang sedang di usung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.
“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafiq) memperhatikan bahwa mereka di uji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?”  (QS Attaubah : 126)

Orang yang cinta dunia secara berlebihan merasa bahwa harta yang dimilikinya akan mengekalkannya, menyelamatkannya dari setiap sakit. Padahal kematian sesungguhnya telah mengarakan bahwa tidak ada manusia yang abadi di dunia karena setiap yang bernyawa akan mengalami kematian.

Jika ia melakukan kerusakan di muka bumi, bencana alam longsor, banjir bandang, atau yang lainnya, tidak mampu menghentikan tangan kotornya. Dia tetap melakukan dosa dengan keyakinan harta yang dimilikinya akan membuatnya bahagia selamanya.

Berlebihan mencintai dunia dan melupakan akhirat
Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci, dan hubungan dengan sesama manusia, hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil, dan tamak terhadap dunia dengan kata lain telah terjangkit penyakit “Al-Wahn”  yaitu hubbuddunya wa karohiyatul maut, cinta dunia dan takut mati.

Kedengkian telah menutup kebenaran perintah Allah melalui rasulnya, Muhammad SAW, yang memerintahkan kita untuk memuliakan tetangga. Bahkan, kita disebut tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, jika belum mampu memuliakan tetangga.
Peristiwa yang sering terjadi di masyarakat, banyak manusia yang membenci tetangganya karena melihat sang tetngga mendapat rezekdi berlebih, atau karena urusan yang lain.

Kurang mengagungkan Allah
Hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran. Tidak mengenal yang ma’ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.

Kegersangan hati
Kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.

Kemaksiatan berantai

Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran syetan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.

**
Hati yang lembut dan lunak merupakan nikmat Allah yang sangat besar, karena dia mampu menerima dan menyerap segala yang datang dari Allah. Allah mengancam orang yang berhati keras melalui firman-Nya, “Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az-Zumart : 22).

Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangklan kerasnya hati dan menjadikannya lunak, lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah adalah dengan ma’rifat (mengenal) Allah, mengingat maut, berziarah kubur, dan memikirkan penghuninya, memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an, mengingat akhirat dan kiamat, memperbanyak dzikir dan istighfar, mendatangi dan bergaul dengan orang shaleh, dan mawas diri.

Akhirnya, kita berdoa, semoga Allah SWT selalu menjadikan hati kita, hati yang bersih dan dipenuhi cahaya keimanan. Karena hati yang demikian akan mampu membentengi diri dari perbuatan dosa dan hina. (diolah dari berbagai sumber)

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar