Fadilah 'Amal
PEMBACA buletin AS SHIDID yang berbahagia, mari kita renungkan sebuah ayat di dalam Surat Al Baqarah, ayat 148, yang menganjurkan umat manusia berlomba dalam hal kebaikan.
''Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.''(QS al-Baqarah [2]:148)
Setelah membacanya, barangkali ada di antara kita yang mempertanyakan kemudahan yang Allah SWT berikan kepada orang-orang kaya dalam beramal. Mereka yang memiliki kelebihan harta akan dengan mudah beramal, menyantuni si fakir, berinfak untuk pembangunan masjid, perbaikan jalan, dan amalan saleh lainnya. Lalu bagaimana dengan si miskin? Dengan apa mereka akan beramal atau bersedekah?
Perbedaan antara yang kaya dan si miskin pada saat ini memang sangat terasa jaraknya. Kegalauan si miskin yang kemungkinan sulit beramal saleh ini pun pernah sampai kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ketika itu dari kalangan Muhajirin yang miskin, mengadu kepada Rasulullah bahwa mereka iri dengan keadaan para sahabat yang lain. Karena berkecukupan, maka mereka akan gampang untuk berbuat kebaikan. Sementara mereka, karena kepapaannya, hanya bisa memberikan sedikit, atau malah tidak sama sekali.
"Ya Rosulullah, orang-orang kaya pergi dengan memborong pahala yang banyak. Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakannya dan juga berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bisa bersedekahdengan kelebihan harta mereka" (HR.Muslim)
Mendengar pengaduan tersebut lalu Rasulullah bersabda, ''Bukankah Allah telah menjadikan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir kalian sebagai sedekah? Begitupun dengan memerintah kepada yang makruf dan melarang perbuatan mungkar merupakan bagian dari sedekah.'' (HR Muslim).
Dalam kitab Riyadus Salihin juz I, juga disebutkan bahwa RasulullahMuhammd SAW mengatakan: "Pada setiap ruas tulang ada kewajiban sedekah. Setiap hari di mana sesorang terbantu dengan tulangnya yang mengangkat atau mengangkut barang barangnya di atasnya adalah sedekah. Ucapan yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang dilakukan seseorang menuju salat adalah sedekah dan menghilangkan sesuatu yang menyakitkan di jalan adalah sedekah. (HR Bukhari dan Muslim).
Ada dua hikmah yang bisa ditarik dari kisah di atas. Pertama, sungguh mulia kepribadian para sahabat, karena mereka iri pada tempatnya. Mereka iri bukan karena kenikmatan duniawi, akan tetapi mereka merasa takut kalau tidak bisa berlomba mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Kedua, Islam memberikan kemudahan dan taklif sesuai kadar dan kemampuan seseorang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar