Memaknai Pergantian Tahun Masehi 2015
Suasana pergantian tahun miladiyah Miladiyah (kelahiran) yang dihitung dari sejak lahirnya Nabiyullah Isa binti
Maryam ( Isa Al Masih ), yang kita kenal tahun Masehi, sudah sangat terasa.
Beberapa di antaranya yang menjadi penanda setiap
tahun adalah berjejernya pedagang terompot di pinggir jalan dan pasar-pasar. Sejumlah
agenda meramaikan malam pergantian tahun pun sudah wara wiri dipromosikan.
Panggung-panggung dipersiapkan. Deretan artis laris manis menerima job panggung
hiburan. Dan seperti biasanya, ribuan orang memadati lapangan larus dalam
kegiatan hura-hura, membuang waktu, dan menghabiskan banyak uang, tanpa bekas
yang berarti ataupun bernilai ibadah.
Penggunaan kalender Masehi adalah sebuah keniscayaan,
dan setiap orang pasti mengenalnya. Demikian berkahirnya tahun Masehi 2014 dan
masuknya tahun Masehi 2015. Maka, sepertihalnya datangnya tahun baru Islam, 1
Muharram 1436 Hijriah, yang jatuh pada 25 Oktober 2014 lalu, pergntian tahun
Miladiyah harus kita jadikan
sebagai tolak ukur, sejauhmana peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita kepada
allah SWT.
Kita lalui keduanya dalam menata
tatanan hidup dan kehidupan untuk menggapai ridha Allah SWT.
Allah
SWT mengingatkan kita dalam surat Al Hasyr bagi siapa yang beriman untuk
meningkatkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT yaitu mentaati
apa-apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya,
untuk dijadikan perhatian, tafakur dan tadabbur agar kita memiliki bekal untuk
hidup hari esok (hari akhirat), sehingga betul-betul kita takut dan merasa
dekat dengan Allah SWT lebih dekat dari urat leher kita.
Allah
SWT memerintahkan orang-orang beriman bertaqwa kepada Allah SWT dengan sepenuh
hati dan perbuatan, baik dalam keadaan
susah maupun dalam keadaan senang dan lapang, baik dalam keadaan sadar maupun
dalam keadaan terpaksa, karena salah satu kewajiban kita selaku hamba Allah SWT
adalah “ Dan tidak aku (Allah SWT)
ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” ( QS.
Adz Dzariyat ayat 56).
Kita
dianugerahi nyawa untuk dapat hidup di dunia dengan segala perlengkapan dan
kebutuhannya dari Allah SWT. Oleh karena itu diingatkan untuk tidak menjadi
manusia pelupa kepada Allah SWT (Nasullaah), nanti Allah SWT akan menjadikan
mereka lupa kepada dirinya sendiri, dan jauhilah perbuatan menyekutukan Allah
SWT, karena menyekutukan Allah SWT adalah dosa yang tidak terampuni.
Untuk
kita jadikan pedoman dalam menata tatanan hidup dan kehidupan kita, Allah SWT
memberi pelajaran yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 177 :
“ Kebajikan itu
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu
ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari kiamat,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam
perjalanan (musafir), peminta-minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya. Dan
orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang-orang yang menepati
janji apabila berjanji, orang-orang yang sabar dalam kemelaratan dan
penderitaan serta dalam masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang taqwa.”
Makna
Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya,
memiliki rasa takut kepada Allah SWT seperti dalam firman-Nya, “ Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak
hanya menimpa orang-orang yang dhalim saja diantara kamu. Ketahuilah bahwa
Allah sangat keras siksaan-Nya.” Al-Qur’an surat Al Anfaal ayat 25.
Memfokuskan
perhatian dan penelitian serta bertafakkur atas keagungan Allah SWT merupakan
jalan yang akan melapangkan jiwa dan raga untuk tetap menjadi kebiasaan dalam melakukannya.
Menghadap wajah dalam mengambil pelajaran dan contoh ke arah barat dan timur
dalam mencari ilmu dan kebutuhan hidup dan kehidupan, bisa saja terpenuhi,
namun apabila lupa dan melupakan Allah SWT pemberi segala anugerah, akan
terjadi sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 74 :
“ Kemudian setelah itu hatimu menjadi
keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. padahal diantara batu-batu itu
sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
Ayat dimaksud
memberikan pandangan yang luas kepada kita, bahwa seandainya gunung diberi akal
seperti manusia memiliki akal, pikiran dan perasaan, kemudian Al-Qur’an itu
diturunkan ke gunung-gunung , tentulah gunung-gunung itu akan tunduk kepada
Allah SWT, bahkan hancur lebur karena takut kepada Allah SWT. Oleh karena itulah gunakan akal, pikiran dan
perasaan kepada Dzat Pencipta agar hati
kita tidak membatu bagi hidup dan kehidupan kita di bumi mayapada ini.
Allah SWT
memberikan gambaran kepada kita, bagaimana tunduk patuhnya guruh, tujuh langit,
bumi, gunung-gunung dan burung, merupakan gambaran bahwa sesungguhnya makhluk
ciptaan Allah seluruhnya suka bertasbih (mensucikan Allah) dari segala
perbuatan dan perintah-Nya. Allah SWT berfirman :
“ Dan semua sujud (patuh) kepada Allah, baik yang
ada di langit maupun di bumi,
baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang
mereka di waktu pagi dan petang hari. QS Ar Ra’d ayat 15.”
“ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di
dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” QS Al Isra ayat 44
“Sungguh
Kamilah yang menundukkan gunung-gunung
untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi. Dan (Kami
tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. masing-masingnya amat
taat kep ada Allah.” QS Shaad ayat 18-19
Sungguh sangat
naif apabila manusia mengingkari apa yang diperintahkan Allah sebagai Khaliqnya. Padahal apa yang dikerjakan oleh manusia tidak akan sia-sia. Allah SWT akan memberikan
balasan setimpal atas kebajikan yang mereka kerjakan, yaitu surga
Jannatun Na’iim. Dan balasan
itu, tidak akan sama dibandingkan orang yang masuk neraka, penghuni
surga itulah yang beruntung. Firman Allah SWT, “ Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) ...” QS Al Baqarah ayat 214.
Masa suram,
kelam, dan runyam di tahun ini, mari kita perbaiki dengan masa cerah dan
kondusif yang diisi dengan tunduk patuh menggapai kebaikan baik tutur kata
maupun perbuatan, dirikan shalat pada waktunya; keluarkan zakat, infaq,
shodaqoh dan wakaf; laksanakan shaum Ramadhan dan zakat fitrahnya; ibadah haji
bagi yang mampu dalam perjalanannya; kelima tuang ini kita tegakkan dengan
penuh rasa khusyu’ dan tawadhu atas keagungan Allah SWT, jauhkan sifat saling
menyalahkan, memperbanyak instropeksi diri, agar kita dapat sejajar dengan
makhluk lainnya yang suka bertasbih kepada Allah.
Kita wajib taat
kepada Allah, kepada Rasul-Nya dan kepada para pemimpin di antara kita yang tetap
melaksanakan shalat dan lainnya, karena kegaduhan tidak akan menyelesaikan
masalah, tapi salurkan aspirasi kita dengan memaknai tatakrama yang baik,
tumbuhkan rasa keadilan bagi yang memegang amanah, karena mereka telah
bersumpah atas nama Allah. Laksanakan aturan dan peraturan yang telah dibuat,
sungguh malu dihadapan Allah, apabila yang telah kita perbuat kita langgar
sendiri..
Marilah kita isi
tahun 2015 dengan penuh pengabdian kepada Allah dan mari kita biasakan peduli
sesama makhluk Allah, dengan memperbanyak keshalehan sosial, karena hidup
manusia adalah kehidupan yang perlu bantuan orang lain, dan orang lain perlu
dan wajib di bantu oleh kita. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar