Jumat, 30 Januari 2015

DOA HARIAN: DO'A MENYAMBUT DATANGNYA PAGI

Ashbahnaa wa ashbahal mulku lillaahi 'Azza wa jalla, wal hamdu lillaahi, wal kibriyaa'u wal 'azhamatu lillaahi, wal khalqu wal amru wallailu wannahaaru wa maa sakana fiihimaa lillaahi Ta'aalaa. Allahummaj'al awwala haadzan nahaari shalaahan wa ausathahu najaahan, wa aakhirahu falaahan, yaa arhamar raahimiina.

Artinya : Kami telah mendapatkan Shubuh dan jadilah segala kekuasaan kepunyaan Allah, demikian juga kebesaran dan keagungan, penciptaan makhluk, segala urusan, malam dan siang dan segala yang terjadi pada keduanya, semuanya kepunyaan Allah Ta'ala. Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini suatu kebaikan dan pertengahannya suatu kemenangan dan penghabisannya suatu kejayaan, wahai Tuhan yang paling Penyayang dari segala penyayang.

FADILAH AMAL: Menyingkirkan Gangguan di Jalan

Menyingkirkan gangguan dari jalan jelas lebih ringan dari bersedekah susu karena tidak membutuhkan dana atau tenaga yang besar. Kendati ringan, amalan ini dapat mengantarkan pelakunya menuju surga.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa menyingkirkan gangguan dari jalan kaum Muslimin, maka akan dicatat untuknya satu kebaikan, dan siapa saja yang diterima darinya satu kebaikan maka ia akan masuk surga” (HR. Bukhari dan ad-Dhiya al-Muqdisi, dari Ma’qil bin Yasar ra).
Di antara bentuk-bentuk tindakan menyingkirkan gangguan dari jalan di antaranya;
Memotong ranting pohon yang menggangu para pengguna jalan.
Seorang muslim hendaknya memotong ranting-ranting pohon yang melintang di atas badan jalan. Karena mengganggu para pengguna jalan. Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang lelaki melewati sebuah ranting pohon yang melintang di atas badan jalan, lalu ia berkata, ‘Demi Allah, aku akan memotong ranting ini agar tidak mengganggu kaum Muslimin.’ Maka, ia pun dimasukkan di dalam surga” (HR. Muslim).
Jadi, seorang muslim hendaknya memiliki kepekaan diri sehingga ketika melihat ranting-rantingnya pohonnya telah melintang di atas badan jalan, ia bersegera memotongnya agar tidak mengganggu kaum muslimin. Apabila pohon itu milik tetangganya, maka hendaknya ia meminta izin atau cukup memberi tahu terlebih dahulu kepada pemiliknya, sebelum memotong ranting tersebut agar tidak terjadi fitnah saat memotongnya.
Menebang batang pohon yang tumbuh di tepi jalan dan menggangu para pengguna jalan.
Siapa saja melakukan tindakan ini, maka dengan izin Allah ia pun akan masuk surga. Rasul SAW bersabda, “Sungguh aku melihat seorang laki-laki tidur-tiduran di dalam surga karena telah memotong sebatang pohon yang tumbuh di badan jalan yang mengganggu kaum Muslimin” (HR. Muslim).
Menyingkirkan batu dari jalan.

Diriwayatkan bahwa Mu’adz melakukan perjalanan bersama seorang lelaki. Mu’adz mengangkat sebuah batu dari jalan. Orang itu pun bertanya, “Mengapa engkau melakukan hal ini?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja mengangkat sebuah batu dari jalan, akan dicatat untuknya suatu kebaikan. Dan siapa saja yang dicatat untuknya suatu kebaikan, maka ia akan masuk surga” (HR. Thabrani).

Hidup Menjadi Tertib, Bersih, Sehat, dan Disiplin

*) Hikmah di Balik Shalat Berjamaah

SUDAHKAH kita menjaga diri untuk selalu melaksanakan shalat berjamaah? Jawabannya tentu akan beragam, mulai dari belum bisa berjamaah, berjamaah tapi untuk shalat tertentu saja, atau sudah melakukannya tepat waktu baik di masjid ataupun di rumah bersama anggota keluarga.

Bersyukurlan mereka yang sudah mampu menjaga dirinya untuk senantiasa melakukan shalat dengan cara berjamaah. Tahukah kita bahwa shalat berjamaah tidak hanya menjadi ukuran kadar keimanan seseorang, tapi juga menjadi ukuran seberapa besar seorang muslim mampu mendisiplinkan dirinya.
Seseorang menjadi disiplin karena ia selalu mampu mengatur waktu shalat berjamaah dengan aktivitas lainnya. Orang yang demikian dipastikan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan mendapatkan banyak hikmah lainnya.

Lalu bagaimana dengan mereka yang belum mampu melakukan shalat berjamaah? Allah SWT selalu terbuka dan menerima bagi siapapun yang hendak dan berusaha menjadi lebih baik dan dekat dengan Allah SWT, karena sesungguhnya ampunan Allah SWT sangat dekat dengan hambanya. Ayo kita berusaha untuk memulainya, perlahan tapi grafiknya terus meningkat ke arah yang lebih baik. Tahukah kita bahwa Allah SWT yang mewajibkan melaksanakan salat lima waktu dalam sehari semalam juga memerintahkan untuk melaksanakan salat berjamaah.

 Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlahlah mereka denganmu. ( QS An-Nisa : 102 )

Ayat di atas merupakan dalil yang sangat jelas, bahwa kita memang diperintahkan melakukan  shalat berjamaah. Banyak yang berpendapat bahwa shalat berjamaah kedudukannya wajib, sebagian lainnya berpendapat sunnah yang sangat dianjurkan karena rasulullah Muhammad SAW tak pernah meninggalkannya, kecuali ketika sedang berhalangan atau ada uzur.

Sebagai seorang muslim kita pasti mengerti tentang kedudukan shalat berjamaah yang begitu tinggi dalam Islam. Betapa sering Allah SWT dan Rasul-Nya menyebut kata shalat, memerintah untuk melaksanakannya secara tepat waktu dan berjamaah, bahkan bermalas-malasan dalam melaksanakan shalat merupakan salah satu tanda kemunafikan.

 “Dan tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama-sama orang yang ruku”. (Al Baqarah:43).

Sebuah fakta yang ada di depan mata kita adalah bahwa banyaknya kaum muslimin sekarang yang meremehkan shalat terlebih shalat berjamaah di masjid.

Abu Hurairah mengisahkan, ada seorang buta datang kepada Rasulullah seraya berkata, Ya Rasulullah, tidak ada seorang yang menuntunku ke masjid, adakah keringanan bagiku? Jawab Nabi, “Ya”. Ketika orang itu berpaling, Rasulullah bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?” Jawab orang itu, “Ya”. Kata Nabi selanjutnya, “kalau begitu penuhilah!” ( HR Muslim)

Bertapa shalat berjamaah itu sangat dipentingkan sampai-sampai seorang yang buta sekalipun ketika mendengar seruan adzan juga diperintahkan untuk menghadiri undangan Allah SWT di masjid.

Lepas dari itu, shalat berjamaah memiliki banyak manfaatnya. Di antaranya hikmah disyariatkannya shalat berjamaah adalah, pertama, mengokohkan persaudaraan sesama muslim. Mengapa? Karena dalam shalat berjamaah itu ada silaturahmi, pertemuan di antara sesame muslim. Barisan shaf yang lurus, rapat, dan rapih dalam shalat adalah cermin bertapa mereka sangat kuat ikatan persaudaraanya.

Kedua, menampakkan syiar Islam dan izzah (kemuliaan/kejayaan) kaum muslimin. Karena syiar Islam akan tampak. Sungguh di balik keluar masuknya umat Islam ke masjid tempat yang mulia itu sangat dibenci oleh musuh-musuh Islam.

Ketiga, kesempatan menimba ilmu. Betapa banyak orang mendapat hidayah, ilmu dan cahaya lewat perantara shalat berjamaah.

Keempat, belajar disiplin. Inilah salah satu hikmah terpenting yang terkandung dalam shalat berjamaah. 
Seorang muslim akan menjadi manusia unggul bila shalatnya bermutu tinggi dan dilakukan dengan berjamaah. Seorang muslim yang shalatnya berkualitas, niscaya akan mampu menangkap hikmah yang amat mengesankan dari shalatnya tersebut, yaitu hidup tertib, selalu rapi, bersih dan disiplin. Inilah jalan menuju pribadi berkualitas yang akan menuai kemenangan di dunia dan akhirat.

Karena orang yang memiliki kesanggupan untuk mendisiplinkan diri dengan baik akan mampu menertibkan segala sesuatu di sekelilingnya, dengan cara menempatkan sesuatu pada tempatnya (wadhu’ asy-syai fi mahallihi).

Shalat berjamaah tidak hanya menjadi ukuran kadar keimanan seseoprang, tapi juga menjadi ukuran seberapa besar seorang muslim mampu mendisiplinkan dirinya. Jarak waktu shalat fardhu yang telah Allah atur sedemikian rupa dan dibarengi perintah shalat berjamaah adalah suatu bentuk ukuran kadar keimanan seseorang kepada Allah SWT dan tentu di baliknya tersimpan hikmah yang begitu besar.

Salat Subuh  
Shalat subuh memiliki manfaat dan keutamaan yang luar biasa bagi siapa saja yang melaksanakannya secara rutin setiap hari. Meskipun hanya dua rakaat, shalat subuh menyimpan banyak rahasia yang dahsyat, baik dari segi rohani, kesehatan, dan kesuksesan hidup. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda “ dua rakaat shalat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.”

Dari sisi rohani, shalat subuh mempunyai banyak keutamaan, di antaranya menyelamatkan dari azab, mendapat pahala setara pahala haji dan umrah, terbebas dari api neraka, terhindar dari kemunafikan, serta mendapat perlindungan dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersaabda “berpagi-pagilah kalian dalam menunaikan shalat subuh karena itulah pahala yang paling mulia.” (HR Turmudzi).

Dari sisi kesehatan, bangun pagi untuk melaksanakan shalat subuh pun mampu menormalkan kinerja syaraf dan otak. Bahkan shalat subuh bermanfaat bagi kesuksesan dalam kehidupan. Sebab, saat pagi hari sampai fajar pintu-pintu rezeki di buka  Allah SWT, setelah melaksanakan shalat subuh dilarang tidur kembali, sebaliknya sangat dianjurkan mulai beraktivitas, berdzikir dan berdo’a. (Diolah dari berbagai sumber)

DOA HARIAN: DOA MASUK MASJID

A'uudzu billahil 'aliyyil 'azhiimi. Wa biwajhihil kariimi, wa bisulthaanihil qadiimi minasy syaythaanir rajiimi alhamdu lillahi rabbil 'aalamiina. Allaahumma shalli wa sallim 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammadin. Allaahumaghfirlii dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatika.

Artinya : Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan demi wajah-Nya Yang Maha Mulia dan dengan kekuasaan-Nya Yang tak berpermulaan (berlindung aku) dari kejahatan syaitan yang terkutuk. Segala puji kepunyaan Allah Tuhan semesta alam. Ya Allah, sanjung dan selamatkanlah Nabi Muhammad saw. Dan keluarganya. Ya Allah, ampunilah segala dosaku dan bukakanlah bagiku segala pintu rahmat-Mu. (h.r. Abu Daud)

Sedekah Memadamkan Panasnya Kubur

FADILAH AMAL

Sedekah memiliki sejumlah keutamaan dan keistimewaan. Dalam artikel yang ditulis Prof Dr KH Achmad Satori Ismail  di Republika menyebutkan, sedekah menyucikan harta dan diri manusia.

Hal itu didasarkan pada surah at-Taubah ([9]: 103), sedekah bertujuan untuk menyucikan harta dan diri muzaki agar menjadi penenteram batin mereka. Dalam sejumlah hadis, Rasulullah SAW menyatakan, sedekah itu merupakan bukti keimanan seseorang dan mereka yang bersedekah akan memperoleh pahala yang besar di sisi Allah SWT (HR al-Baihaqi).

Di antara keutamaan sedekah, antara lain, pertama, orang bersedekah berhak mendapat rahmat Allah (QS al-A’raf [7]: 56). Sedekah akan menjadi naungan di akhirat saat tidak ada naungan, kecuali naungan Allah. “Sesungguhnya, sedekah itu memadamkan panasnya kubur dan hanyalah seorang Mukmin yang mendapatkan naungan pada hari kiamat nanti dengan sedekahnya.” (HR Thabrani dan Baihaqi).

Kedua, sedekah memadamkan murka Ilahi. “Sedekah rahasia (tersembunyi) itu memadamkan amarah Ilahi.” (HR Thabrani dan Ibnu Asakir). Ketiga, sedekah menolak mati dalam keadaan suul khatimah (akhir yang buruk). “Akhlak buruk adalah kejelekan, kuat ingatan adalah mengembangkan, dan sedekah menolak mati suul khatimah.” (HR al- Baihaqi).

Keempat, sedekah menjadi sebab disembuhkannya penyakit. “Obatilah orang-orang sakit dengan sedekah, bentengilah hartamu dengan zakat, dan sesungguhnya zakat itu menolak peristiwa mengerikan dan penyakit.” (HR Ad-Dailami dari Ibnu Umar).

Kelima, sedekah itu akan mendapatkan keberkahan dalam hidup dan tambahan rezeki, “Barang siapa menafkahkan hartanya maka akan diberi keberkahan darinya.” Dalam hadis lain disebutkan, “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta dan tidaklah pemberian maaf itu kecuali ditambah kemuliaan oleh Allah dan tidaklah seseorang tawadhu karena Allah, kecuali Dia akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim). (*)

Allah Melarang Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

Menjaga Lingkungan Hidup
--- “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”---

JAMAAH Masjid As Shidiq yang dirahmati Allah SWT, kita semua bersyukur Allah telah memilihkan kita pemimpin di kota ini pemimpin yang amat peduli dengan lingkungan hidup. Kita meyakini, kepeduliannya itu nantinya akan bermuara pada kesejahteraan dan kebahagiaan warganya.
Kita semua sudah mendengar atau bahkan merasakan dan menyaksikan sendiri bertapa Ridwan Kamil akan marah ketika melihat ada di antara warganya yang membuang sampah sembarangan. Atau dia akan marakah kalau melihat sepeda motor dan mobil parkir di tempat terlarang karena akan mengganggu kepentingan umum. Betul?
Kemudian yang sudah kita rasakan adalah sejumlah taman yang dibangun di banyak tempat di Kota Bandung. Misal, taman Lansia, Taman Photografi, Taman Dago, Taman Jomblo, Taman Film, Taman Fitnes, dan yang terbaru adalah taman di Alun-alun Kota Bandung. Bandung kini kembali layak disebut sebagai kota kembang karena di mana-mana akan tumbuh kembang yang sebenarnya.
Beberapa taman di antaranya dibangun tidak saja untuk membuat kota menjadi indah, tapi ada fungsi untuk mengurangi banjir cileuncang, semisal taman Lansia yang dilengkapi kolam.
Bagaimana dengan kita sebagai warga? Tentu saja wajib mendukung dan meniru kepedulian beliau terhadap lingkungan di sekitar kita.
Nah, lingkungan hidup bisa diartikan sebagai totalitas dari benda, daya, dan kehidupan (termasuk manusian dan lingkungan hidupnya), yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta organisme lainnya. Lingkungan hidup adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan sistem dari ruang, materi, waktu, keanekaragaman, dan alam pikiran (serta perilaku) dari manusia.
Setiap makhluk  yang ada dalam suatu lingkungan hidup, satu dengan lainnya mempunyai hubungan yang disebut simbiosis (saling memenuhi kebutuhan satu dengan yang lainnya). Bahkan, lingkungan hidup sebagai ciptaan Allah SWT. Mempunyai hukum equilibrium, yakni bila terjadi gangguang terhadap salah satu ungsur dari lingkungan hidup tersebut, maka akan terjadi pula gangguang terhadap keseimbangan dalam ekosistem secara keseluruhan. Misalnya, jika hutang di hulu sungai ditebang habis secara sewenang-wenang, maka akan menimbulkan banjir di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau, selanjutnya mengganggu kehidupan padi sawah yang tentu menimbulkan peceklik dan akhirnya menyebabkan kekurangna makanan bagi manusia dan binatang yang mempunyai hubungan dan ikatan hidup.
Di dalam Islam, pelestarian lingkungna merupakan salah satu aspek akhlak al-karimah di samping hubungan yang antara seorang hamba dengan khalik-nya dan antara sesama manusia. Pada prinsipnya bahwa alam dan isinya diciptakan oleh Allah SWT. Untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, antara lain firman Allah swt, di dalam Alquran: Q.s. al-Baqarah 2:29:
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Qs. Al-Jatsiyah 45:13:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Namun demikian, kewenangan itu tidak dapat diterjemahkan sebagai suatu kekuasaan tanpa aturan, tetapi kewenangan tersebut adalah dalam rangka mewujutkan kemakmuran di muka bumi. Karena itu, Allah swt, tidak menghendaki terjadinya kerusakan di muka bumi, sebagai mana firman-Nya di dalam Q.s. al-Qashash 27: 77:
Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Lingkungan hidup merupakan kesatuan tujuan dan sikap hidup mukmin menuju konsepsi Ilahi dengan memanfaatkan segala apa yang ada sebagai sarana untuk tujuan tesebut. Ada pun tujuan dan sikap hidup mukmin adalah mengabdi kepada Allah swt, sedang konsepsi Ilahi adalah butir-butir yang tertuang dalam Alquran dal al-Haduis yang mengatur segala dimensi kehidupan mukmin. Caranya adalah alam sekitar kita yang perlu diolah menjadi benda yang siap pakai melalui penguasaan IPTEK. Renungkanlah firman Allah swt. Di dalam Q.s. Shad 38:27:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”
Tidak disangsikan lagi bahwa manusia adalah makhluk hidup yang terbaik dan tersempurna, sehingga memiliki kedudukan yang mulia. Manusia memiliki kemampuan yang terlebih dari makhluk-makhluk lainnya. Salah satu tanda kelebihan yang dimiliki manusia adalah cognisi (berpikir), emosi, dan conasi, (kehendak). Oleh karena itiu, manusia diberi kesempatann dan kedudukan oleh Allah sebagai khalifa-Nya di mika bumi. Allah swt, berfirman di dalam Q.s. al-An’am 6: 165:
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dari ayat tersebut dipahami bahwa manusia dipilih oleh Allah sebagai pengemban amanat Allah di muka bumi dengan dua tugas utama , yaitu:Melaksanakan pengabdian kepada Allah swt, yang telah memberikan kehormatan sebagai khalifa-Nya di muka bumi, dalam pengertian melaksanakan segala ketentuan (perintah dan larangan-Nya)yang telah ditetapkan dalam petunjuk-Nya. Allah berfirman di dalam Q.s.al-Dzariat 51:56:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Menguasai IPTEK untuk mengelolah dan memanfaatkan sumber kekavaan alam anugerah Allah agar dapat terwujud kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan manusia dan makhluk-makhluk lainnya di mika bumi Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. Hud/11: 61:
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”.
Manusia adalah salah satunya makhluk yang harus bertanggung jawab atas kemajuan lingkungan hidupnya dan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya sebab kita yakin sebesar dzarrah pun kebaikan atau keburukan pasti ada balasannya.
Ada dua hal yang menjadi prinsip pokok dalam memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, yaitu:
Manusia harus berlaku ihsan terhadap lingkungan hidupnya, sebagaiman firman Allah di dalam Q.s. al-Baqarah 2:195:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Ihsan mempunnyai dimensi pengertian yang luas mencakup ihsan terhadap Allah, ihsan terhadap sesama manusia, dan ihsan terhadap alam (makhluk-makhluk lainnya).
Manusia wajib meninggalkan sikap perilaku destruktif atau sikap negatif seperti merusak bumi, tanam-tanaman, dan binatang merupakan sifat-sifat keji dari orang-orang munafik yang memusuhi Nabi saw.Berdasarkan kedua prinsip di atas, maka manusia, khususnya umat Islam berkewajiban, antara lain:
Memelihara tanaman, sebagaimana sabda Rasulullah saw, (HR. Al-Bukhari dari Anas r.a.). Mencegah pencemaran alam, sebagaiman sabda Rasulullah saw. (H.R. Al-Bukhari dari Abu Hurairah). Memelihara makhluk hewan, sebagaimana sanda Rasulullah (HR. Al-Turmidzi dari Abdullah ibnu Umar).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa, pada hakikatnya, lingkungan hidup sangat penting artinya bagi peningkatan hidup manusia untuk mencapai  Semoga kita lebih bergairah menggali konsepsi-konsepsi yang bersumber dari Alquran dan al-Hadis, di samping tetap mengikuti perkembangan ilmu yang dihasilkan oleh para ilmuan di seantero pelosok dunia. (dari berbagai sumber)

DOA HARIAN: Doa Masuk Rumah

Assalaamu 'alaynaa wa 'alaa 'ibaadillahish shaalihiina. Allaahumma innii as-aluka khayral mawliji wa khayral makhraji. Bismillahi walajnaa wa bismillaahi kharajnaa wa 'alallahi tawakkalnaa, alhamdulilaahil ladzii awaanii.

Artinya : Semoga Allah mencurahkan keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang shalih. Ya Allah, bahwasanya aku memohon pada-Mu kebaikan tempat masuk dan tempat keluarku. Dengan menyebut nama-Mu aku masuk, dan dengan mneyebut nama Allah aku keluar. Dan kepada Allah Tuhan kami, kami berserah diri. Segala puji bagi Allah yang telah melindungi kami. (HR. Abu Daud)

Adab Bertetangga Ala Rasulullah SAW

FADILAN ‘AMAL

Tetangga adalah orang pertama yang mengetahui dan merasakan kebaikan juga gangguan kita. Karena itu, adab mulia bertetangga sangat ditekankan dalam syariat Islam. Tetangga bisa saja orang yang pintu rumahnya paling dekat dengan kita atau orang yang jauh rumahnya dengan kita, tetapi paling banyak tahu dengan kondisi-kondisi keseharian kita. Dalam syariat Islam, memenuhi hak tetangga karena kedekatan pintu rumah lebih diutamakan ketimbang yang jauh.

Dari Aisyah, dia berkata: "Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga, lalu manakah yang lebih aku beri hadiah terlebih dahulu?'' Beliau menjawab: "Yang lebih dekat dengan pintu rumahmu.'' (HR Bukhari-5561)
Begitu pentingnya memuliakan tetangga, sampai-sampai Jibril mewasiatkan secara khusus tentang hal itu. Dari Aisyah, Nabi SAW bersabda: "Jibril senantiasa mewasiatkanku untuk berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku mengira tetangga juga akan mendapatkan harta waris.'' (HR Bukhari-5555)

Adab Islam menganjurkan untuk memberi perhatian kepada tetangga dan jangan melalaikan perhatian kepada mereka. Nabi SAW bersabda: "Wahai para wanita Muslimah, janganlah antara tetangga yang satu dan lainnya saling meremehkan walaupun hanya dengan memberi kaki kambing.'' (HR Bukhari-5558). Sekecil apa pun pemberian untuk menunjukkan perhatian dan kebersamaan sosial tidak boleh dianggap ringan walaupun pemberian itu hanya sekadar kaki kambing.

Islam menetapkan bahwa siapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Islam juga menegaskan betapa berdosanya seseorang yang tetangganya tak merasa aman dari gangguannya. Dari Abu Syuraih bahwasanya Nabi SAW bersabda: "Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.'' Ditanyakan kepada beliau: "Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?'' Beliau bersabda: "Yaitu, orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya.'' (HR Bukhari-5557)

Islam juga menganjurkan untuk memberikan kelapangan bagi tetangga dan memperhatikan hal-hal kecil yang menjadi kebutuhan tetangga. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah seseorang melarang tetangganya untuk menyandarkan kayunya di dinding rumahnya.'' Kemudian, Abu Hurairah RA berkata: "Jangan sampai aku lihat kalian menolak ketentuan hukum ini. Demi Allah, kalau sampai terjadi, akan aku lempar kayu-kayu itu menimpa pundak-pundak kalian.'' (HR Bukhari-2283). (republika)

Hikmah Bencana di Sekitar Kita: Lihatlah Nikmat yang Tersisa! Sungguh Amat Luas

 “ Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan-Nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah : 155-157)

TIM evakuasi pesawat dan penumpang korban AirAsia yang tenggelam ke dalam laut selat Karimata, membuahkan hasil. Korban meninggal dunia satu per satu diangkat, diidentifikasi, lalu dikembalikan ke keluarganya.

Jenazah keluarga ditemukan adalah hal yang melegakan, tapi tentu tidak bisa mengobati kesediahan yang teramat dalam. Kematian bukanlah hal yang mereka harapkan. Setelah berhari-hari menunggu kepastian, sejatinya mereka sangat berharap keluarga mereka yang menjadi bagian penumpang AirAsia ditemukan dalam keadaan hidup. Tapi Allah SWT bekerhendak lain. Itulah yang kita saksikan hari-hari ini melalui media massa soal perkembangan kasus AirAsia.

Musibah lain di dekat kita adalah pergeseran tanah di wilayah Ciwidey, Cianjur, dan Sukabumi. Bencana itu telah merusak dan menghancurkan sejumlah rumah, sehingga para penghuninya pun diminta mengungsi. Bagi mereka, rumah adalah istana yang sangat sulit untuk membangunnya. Apalagi kini beragam bahan bangunan telah naik harganya. Di tengah pengungsian, mereka gelisah, akankah kelak bisa kembali membangun rumah dan tetap aman untuk tinggal di sana?

Jamaah Masjid As Shidiq yang dirahmati Allah SWT, selain ayat dalam QS Al Baqarah di atas, Rosulullah Muhammad SAW bersabda bagaimana kita bersikap terhadap musibah yang menimpa kita atau di sekitar kita, “Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah mengucapkan,” Inna Lillahi Wa inna ilaihi roji’un; wahai Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik,’ kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan akan memberikan kepadanya ganti yang lebih baik (HR Ahmad)

Kita Milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Jika seorang hamba benar-benar menyadari bahwa dirinya adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya, maka ia terhibur tatkala tertimpa musibah. Kalimat istirja’ ini merupakan penyembuh dan obat paling mujarab bagi orang yang sedang tertimpa musibah. Dia memberikan manfaat baik dalam waktu dekat maupun di waktu yang akan dating. Kalimat tersebut memuat dua prinsip yang sangat agung. Jika seseorang mampu merealisasikan dan memahami keduanya, maka dia akan terhibur dalam setiap musibah yang menimpanya. Dua prinsip pokok tersebut adalah :
Pertama, bahwasanya manusia, keluarga dan harta pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Bagi manusia, semua itu tidak lebih hanya sebagai pinjaman atau titipan, sehingga jika Allah SWT mengambilnya dari seseorang, maka ia ibarat seorang pemilik barang yang sedang mengambilnya dari si pemimjam. Demikian juga manusia diliputi oleh ketidakpunyaan, sebelumnya (ketika lahir) dia tidak memiliki apa-apa dan setelahnya (ketika mati) ia pun tidak memiliki apa-apa lagi.

Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanya seperti barang pinjaman dan titipan yang bersifat senentara. Seorang hamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesusatu setelah sebelumnya tidak punya. Dan dia pun bukanlah menjadi penjaga terhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tak mampu untuk menjadikan miliknya tetap terus abadi. Apa pun usaha seorang hamba, ia tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, tidak akan mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.

Dan juga seseorang harus membelanjakan miliknya berdasarkan perintah pemiliknya, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, karena Allah-lah sang pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan titipan itu kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak pemilik yang hakiki.

Kedua, bahwa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalah kepada Allah pemilik yang haq. Dan seseorang sudah pasti akan meninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah SWT sendiri-sendiri sebagaimana ketika diciptakan pertama kali, tidak memiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak istri. Akan tetapi manusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.

Jika awal mula dan kesudahan seorang  hamba adalah demikian,  maka bagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atau berputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkan bagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti merupakan obat paling manjur untuk mengobati sakit dan kesedihan. Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahwa apa yang akan menimpanya pasti tidak akan meleset atau luput dan begitu pula sebaliknya.

Allah SWT berfirman, “ Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid : 22-23)        

Lihat Nikmat yang Tersisa. Termasuk salah satu terapi  dalam menghadapi musibah adalah dengan cara melihat seberapa musibah dan seberapa nikmat yang telah diterima. Maka akan di dapati bahwa Allah SWT masih menyisakan  baginya yang semisal dengannya, atau malah lebih baik lagi. Dan jika seseorang bersabar dan ridha, maka Allah SWT akan memberikan sesuatu yang lebih baik dan besar daripada apa yang hilang dalam musibah, bahkan mungkin dengan berlipat ganda. Dan jika Allah SWT menghendaki maka akan menjadikan lebih dan lebih lagi dari yang ada.

Musibah Menimpa Semua Orang. Merupakan obat yang sangat bermanfaat di kala musibah sedang menimpa adalah dengan menyadari bahwa musibah itu pasti dialami oleh semua orang. Cobalah dia menengok ke kanan, maka akan di dapati di sana ada orang yang sedang di beri ujian, dan jika menengok ke kiri maka di sana ada orang yang sedang di timpa kerugian dan malapetaka. Dan seorang yang berakal kalau mau memperhatikan sekelilingnya maka dia tidak akan mendapati kecuali di sana pasti ada ujian hidup, entah dengan hilangnya barang atau orang yang dicintai atau menemui sesuatu yang tidak mengenakkan dalam hidup.

Kehidupan dunia tidak lain adalah ibarat kembangnya tidur atau baying-bayang yang pasti lenyap. Jika dunia mampu membuat orang tersenyum sesaat, maka dia mampu mendatangkan tangisan yang panjang. Jika ia membuat bahagia dalam sehari maka ia pun membuat duka sepanjang tahun. Kalau hari ini memberikan sedikit, maka suatu saat akan menahan dalam waktu yang lama.  Tidaklah suatu rumah dipenuhi dengan keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi pula dengan duka. Ibnu Mas’ud r.a. berkata,” pada setiap kegembiraan ada duka, dan tidak ada satu rumah pun yang penuh dengan kebahagiaan kecuali akan dipenuhi pula dengan kesedihan.

Keluh kesah Melipatgandakan Penderitaan. Diantara obat untuk menghadapi musibah adalah dengan menyadari bahwa keluh kesah tidak akan dapat menghilangkan musibah. Bahkan hanya akan menambah serta melipatgandakan sakit dan penderitaan.


Musibah Terbesar adalah Hilangnya Kesabaran. Termasuk obat ketika tertimpa musibah adalah dengan mengetahui bahwa hilangnya kesabaran dan sikap berserah diri adalah lebih besar dan berbahaya daripada musibah itu sendiri. Karena hilangnya kesabaran akan menyebabkan hilangnya keutamaan berupa kesejahteraan, rahmat dan hidayah yang Allah SWT kumpulkan tiga hal itu dalam sikap sabar dan istirja’ (mengembalikan urusan kerpada Allah). (diolah dari berbagai sumber)

Kamis, 15 Januari 2015

DOA HARIAN: DO'A SEBELUM/HENDAK MAKAN

Allahumma baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa 'adzaa-bannaar Bismillahirrahmaaniraahiim.

Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)

DO'A SESUDAH MAKAN

Alhamdulillahilladzii ath'amanaa wa saqaanaa wa ja'alanaa muslimiin

Artinya : Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami muslim. (HR. Abu Daud)

Keutamaan Silaturahim

FADILAH `AMAL

Rasulullah SAW mengatakan dalam H.R Bukhari dan Muslim bahwa "barang siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menghubungkan tali silaturahim."

Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan itu makna silaturahim sesungguhnya.

Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka silaturahim diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya terputus hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepada kita.

Contohnya adalah ketika ada salah satu pihak yang lebih dulu menyapa saudaranya, sementara sebelumnya interaksi di antara keduanya sedang tidak harmonis, maka dialah yang mendapat pahala lebih besar. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni keluasan hati. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda, "Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR Bukhari).

Demikian, silaturahmi pun memiliki fadhilah yang mustajab untuk mendatangkan kebaikan; bahkan keburukan, bila memutuskannya. Sebagaimana disabdakan oleh Rasul saw: "Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? `Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan,' sabda Rasulullah SAW, `adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR Ibnu Majah).

Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar terjalin saling mencintai dengan sesama muslim, yakni:
1.         Tebarkan salam
2.         Menghubungkan tali silaturahim
3.         Memberi makan kepada yang membutuhkan.

Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan sesama, Rasulullah saw berpesan "sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan semesta alam akan menyayangimu" (H.R Tirmidzi), yang dapat diartikan bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak terbatas pada kerabat, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah SWT. (*)

Bercermin Pada Pribadi Mulia Rasulullah Muhammad

Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW

Nabi dan rasul merupakan manusia-manusia pilihan Allah SWT yang memiliki sifat-sifat mulia. Nabi Muhammad Saw, nabi dan rasul terakhir utusan Allah SWT, adalah satu diantara yang seharusnya menjadi teladan dan panutan bagi umat manuisa, terlebih kita yang beragama Islam. Mengapa? Karena beliau memiliki akhlak terpuji yang patut untuk diteladani oleh seluruh umat di muka bumi ini.

Sebagai orangtua, guru, atau siapa saja, alangkah baiknya untuk mengenalkan sifat-sifat terpuji dari para nabi dan rasul, kepada putra-putri atau anak didiknya sejak usia dini. Dengan harapan kelak mereka dapat memiliki akhlak mulia yang akan menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan beragam godaan dan ujian ini.

 "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)"

"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama, meskipun orang musyrik membenci". (Q.S. Ash-Shaf [61]: 9).

Melakukan hal itu memang tidaklah mudah di tengah-tengah gempuran tokoh-tokoh lain dengan visual yang menarik, namun minim akan teladan dan pesan moral yang baik. Ketika kita bertanya kepada anak-anak, siapakah tokoh pilihan atau teladan yang mereka kenal, barangkali jawabannya akan beragam, bahkan tidak menutup kemungkinan sosok Muhammad SAW menadi pilihan yang terakhir. Mengapa bisa terjadi? Karena kita lalai dan tidak mdenghadirkan sosok Muhammad di tengah kehidupan kita.

Momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, menjadi kesempatan yang baik untuk memulai mengajarkan pribadi Rasulullah Muhammad SAW kepada anak-anak, temasuk kita para orangtua yang bisa jadi juga hanya sedikit mengetahui sosok Muhammad SAW.
Setidaknya, ada empat sifat hebat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw., yakni sifat sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), tablig (menyampaikan wahyu Allah) dan fatanah (cerdas). Rasulullah Saw. merupakan orang yang paling menonjol sifat sidiknya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, mengapa kita mesti meneladani pribadi Rasulullah SAW? Beliau adalah sosok pribadi paripurna. Allah SWT memuji beliau:

"Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (Q.S. Al-Qalam [68]: 4).

Apa sifat-sifat utama Muhammad SAW yang harus kita teladani?
Sifat pertama, shidiq, benar dan jujur dalam perkataan maupun perbuatan. Allah SWT menyandingkan perintah bertakwa dengan perintah mengikuti orang-orang yang bersifat shidq.
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar". (Q.S. At-Taubah [9]: 119).

Mengapa kita sebagai ummat Muhammad harus meneladani sifat shidq beliau? Pertama, sebagai mukmin, kita berkewajiban berdakwah (mengajak manusia kepada jalan Allah) sesuai dengan peran dan kapabilitas masing-masing. Dan untuk itu tidak mungkin kita menyampaikan sesuatu yang dusta. Kedua, kebenaran dan kejujuran adalah pilar utama kehidupan bermasyarakat. Untuk itu, janganlah sekali-kali berbohong, meski dengan maksud iseng, apalagi berbohong/berdusta terhadap (ajaran) Allah dan Rasul-Nya.

Sifat kedua, amanah (amanat, dapat dipercaya). Allah s.w.t. berfirman:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya". (Q.S. An-Nisa' [4]: 58).

Ingatlah misalnya ketika Muhammad ikut menyelesaikan permusuhan di antara kaum Quraisy pada masa jahiliyah, yang membuahkan kesepakatan Hilf al-Fudhul. Perhatikan juga contoh teladan beliau ketika menjalankan bisnis Siti Khadijah (sebelum beliau menikah); juga ketika beliau mendamaikan para pemuka Quraisy yang bertikai tentang masalah siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad di bangunan Ka'bah yang baru direnovasi. Semua itu menjadikan beliau dijuluki Al-Amien (yang dapat dipercaya) oleh kaumnya.

Shidq dan amanah adalah ciri utama orang beriman. Sebaliknya, dusta dan khianat adalah sifat orang munafik. Sifat amanah niscaya penting dan menjadi tuntutan utama setiap profesi.
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seorang pedagang yang amanah dan jujur (kelak di akhirat) berada bersama dengan para nabi, ash-shiddiqin, para syuhada', dan orang-orang shalih." (H.R. At-Tirmidzi)

Sifat ketiga, tabligh (menyampaikan hal yang diperintahkan untuk disampaikan, tidak menyembunyikannya).
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". (Q.S. Al-Maidah [5]: 67).

 "Dan janganlah kamu (Bani Israil) campuradukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui". (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42).[6]

Dalam bidang pendidikan dan/atau keilmuan, Nabi s.a.w. bersabda (yang artinya): "Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dia tidak mau menjawab (menyembunyikannya), niscaya dia di hari kiamat akan dikekang dengan tali kekang dari api neraka".

Keempat, fathanah (cerdas, cerdik, dan pandai). Kecerdasan dan kepadaian (pencapaian derajat ilmiah) itu niscaya perlu, bahkan terpuji.

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11).

Telah maklum dan diakui bahwa setiap bidang kehidupan memerlukan ilmunya yang tersendiri. Ilmu dibutuhkan oleh manusia sebagai individu maupun sebagai komunitas masyarakat. Ilmu juga dibutuhkan dalam rangka beribadah dan memahami petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Untuk itu kita, kita mestilah segera dan senantiasa meneladani sifat fathanah Rasul itu, dan mengabdikannya bagi kejayaan ummat dan bangsa. Tinggalkan dan jauhkan sikap yang kontra ilmiah, seperti: takhayul (mistik), percaya kepada dukun atau tukang ramal, dan sebagainya. Jadilah pribadi dan bangsa yang rasional di bawah sinar iman dan bimbingan wahyu.

Mari, kita ajak anak-anak untuk gemar membaca atau mengaji sejak usia dini. Semua bisa dimulai dari lingkungan keluarga sendiri. Miris rasanya seandainya melihat orang tua dan anak-anaknya setiap hari hanya asyik menonton televisi hingga berjam-jam, tanpa meluangkan waktu sedikit pun untuk bersama-sama duduk di majelis ilmu, mengkaji kepribadian Rasulullah Muhammad SAW yang mulia. (diolah dari berbagai sumber)

DOA HARIAN: DO'A MASUK RUMAH

Assalaamu 'alaynaa wa 'alaa 'ibaadillahish shaalihiina. Allaahumma innii as-aluka khayral mawliji wa khayral makhraji. Bismillahi walajnaa wa bismillaahi kharajnaa wa 'alallahi tawakkalnaa, alhamdulilaahil ladzii awaanii.

Artinya : Semoga Allah mencurahkan keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang shalih. Ya Allah, bahwasanya aku memohon pada-Mu kebaikan tempat masuk dan tempat keluarku. Dengan menyebut nama-Mu aku masuk, dan dengan mneyebut nama Allah aku keluar. Dan kepada Allah Tuhan kami, kami berserah diri. Segala puji bagi Allah yang telah melindungi kami. (HR. Abu Daud)

DO'A KELUAR RUMAH
Bismilaahi tawakkaltu 'alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi.

Artinya : Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku pada Allah dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allah saja. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)


Keutamaan Menjaga Wudhu

Fadilah `Amal

Wudhu termasuk dari amalan yang paling utama lagi mulia, dan cukuplah yang menunjukkan dalil akan keutamaannya adalah bahwa dia merupakan syarat sahnya shalat yang merupakan tiang agama dan rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat. Karenanya barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa wudhu (bagi yang berhadats kecil) maka shalatnya tidak sah dan dia telah terjatuh ke dalam dosa besar.

Ibadah Wudhu apabila dilakukan dengan sempurna sesuai tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka akan mendatangkan keutamaan yang sangat banyak bagi pelakunya, di antaranya:

1. Berwudhu dengan benar dan sempurna akan menghapus kesalahan dan dosa-dosa (kecil) yang telah lalu.

2. Dan akan meninggikan derajat pelakunya. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah SAW: "Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa dan menaikkan derajat ?" Para shahabat menjawab: "Mau, wahai Rasulullah !" Beliau bersabda: "Menyempurnakan wudhu pada saat-saat yang tidak disukai, memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu salat berikutnya setelah melakukan salat. Maka itulah yang dinamai ribath (berjaga-jaga di garis perbatasan)". (Shohih. HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan an-Nasa'i).
Ribath adalah amalan berjaga-jaga di daerah perbatasan antara daerah kaum muslimin dengan daerah musuh. Maksudnya pahalanya disamakan dengan pahala orang yang melakukan ribath.

3. Pada hari Kiamat, orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna akan mendapatkan cahaya pada wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya dengan sebab dia mencuci wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya dalam berwudhu. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya karena bekas-bekas wudhu mereka. Karenanya barangsiapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya maka hendaklah dia lakukan." (Shohih. HR. Bukhari, dan Muslim).

4. Berwudhu Merupakan separuh dari keimanan. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
Dari Abu Malik Al-Asy'ari radhiyallaahu `anhu, Dia berkata: Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam bersabda: "Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan `Alhamdulillah' akan memenuhi timbangan, `subhanalloh dan alhamdulillah' akan memenuhi ruangan langit dan bumi, salat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang akan membela atau menuntutmu. Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya, maka sebagian mereka ada yang membebaskannya (dari siksa Allah) dan sebagian lain ada yang menjerumuskannya (dalam siksa-Nya)." (Shohih. HR Muslim, dan Ahmad)

5. Orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna maka dosa-dosa yang diperbuat oleh anggota wudhunya akan keluar (terhapus) bersamaan dengan keluarnya tetesan air wudhunya. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya', keluarlah dosa-dosanya dari badannya bahkan (dosa-dosanya) akan keluar dari bawah kuku-kukunya."  (Shohih. HR.Muslim)

Maksud memperbaiki wudhu adalah mengerjakannya secara sempurna (mencakup rukun, wajib, dan sunnah wudhu) sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Demikian beberapa keutamaan besar yang diperoleh oleh setiap muslim dan muslimah yang melakukan wudhu sebagaimana wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Semoga kita dapat melakukannya dengan benar dan sempurna. (*)

Rasulullah Resah Melihat Awan atau Angin, Mengapa?

Memaknai Musibah AirAsia QZ8501

Beberapa pekan terakhir, kita dibuat trenyuh dan mengusap dada dengan bencana bertubi-tubi yang melanda negeri ini. Belum habis duka saat longsor memakan korban 93 orang di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 12 Desember lalu.

Kini, duka itu bertambah saat pesawat AirAsia QZ8501 menghilang. Ada 155 orang dan kru pesawat di pesawat itu. Beragam spekulai bermunculan. Yang paling dominan memprediksi, pesawat tersebut jatuh ke perairan di antara Belitung Timur dan Kalimatan. Pencarian pun dilakukan dengan kekuatan penuh. Negara-negara sahabat ikut berembuk mencari lokasi di mana pesawat nahas itu berada.  

Basarnas sebagai pusat komando pencarian pesawat AirAsia dan penumpangnya, akhinya berhasil menemukan titik hilangnya AirAsia, di selat Karimata, lebih dekat ke Pulau Kalimantan. Evakuasi kemudian dilakukan, mereka menemukan serpihan badan pesawat dan sejumlah penumpang yang kini sudah meninggal dunia.

Kabar yang sangat mengjutkan, terutama bagi keluarga korban. Mereka merasa seolah bermimpi, belum lama berbincang dang sanak keluarga, berpamitan, berjanji akan membawakan oleh-oleh sepulang bepergian, dll. Namun, cerita berkata lain. Skenario indah itu berubah. Allah SWT yang menggenggam kehidupan bekehendak lain dengan maksud yang baik untuk manusia. Mereka berpisah melalui musibah tenggelamnya AirAsia ke dalam lautan. Kita semua pun turut berdua.

Dalam berinteraksi dengan bencana, Islam mengajarkan penganutnya untuk bersabar dan mengambil pelajaran atas kejadian tersebut. Tidak ada suatu kejadian di dunia terjadi secara kebetulan. Semua atas izin Allah dan menyimpan banyak hikmah. Semakin orang memahami hikmah di balik kejadian itu, ia akan semakin lapang hati menerimanya.

"Allah Menganugerahkan hikmah kepada siapa yang ia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan, hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (QS al-Baqarah [2]: 269)

Kesadaran kepada kekuasaan Allah merupakan pelajaran terpenting dari bencana alam. Semesta dan isinya tunduk kepada perintah Allah. Manusia, jin, hewan, gunung, air, bumi, dan semua ciptaanya berada dalam genggaman-Nya.

Bila Allah berkehendak, tidak ada yang dapat mencegah gunung yang kokoh itu meletus, air yang turun dari langit kemudian mengalir membentuk banjir, dan tanah tiba-tiba longsor memakan korban. Capaian Kecerdasan manusia dengan segala peralatan super canggih tak mampu untuk membendung kuasa Allah.

Orang beriman melihat bencana dari segi metafisika, yaitu keinginan tersirat Sang Pencipta di belakang bencana. Sikap yang patut diambil orang mukmin terhadap bencana alam yang menimpa saudara kita, yakni rasa takut bencana-bencana itu akan menimpa kita. Sebagaimana bencana melanda daerah mereka, kawasan kita juga sangat mungkin untuk ditimpa.

Dari Sayyidina Aisyah Ra bercerita bahwa Wajah Rasulullah  SAW berubah ketika melihat awan atau angin. Maka Sayyidina Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, saya melihat manusia gembira ketika melihat awan karena mereka mengharap turunnya hujan dan saya tampak wajah engkau resah melihatnya."

Kemudian Rasulullah berkata, "Wahai Aisyah, apa yang membuat saya aman bahwa dalam awan/ angin itu tidak ada azab? Telah disiksa suatu kaum dengan angin dan  kaum lain ketika melihat awan-azab berkata, `Awan ini datang untuk memberi hujan kepada kita'." (HR Abu Daud)

Kedua, mencegah kemungkaran. Sebagian orang terkadang mementingkan kesalehan pribadinya. Ia tidak tergerak untuk mencegah kemungkaran yang tersebar di sekelilingnya. Kemungkaran yang dibiarkan bisa menyebabkan turunnya siksa dari Allah.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia apabila melihat kezaliman dan tidak berusaha untuk mencegahnya maka dihawatirkan Allah akan meratakan azabnya." (HR Abu Daud). Berikutnya, bertobat dari segala dosa. Karena tobat dapat menolak bencana. Allah berfirman "Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah pula akan menghukum mereka, sedangkan mereka masih memohon ampunan." (QS al-Anfal [8]: 33).

Semoga dari musibah jatuhnya pesawat Air Asia itu kita bisa mengambil hikmahnya. Bukan saja kita belajar untuk bersabar dan kuat dalam menghadapi setiap bencana atau ujian, lebih dari itu kita semestinya pandai untuk bermuhasabah, bercermin apakah selama ini amalan yang kita lakukan sudah mencerminkan pribadi muslim yang taat, atau malah sebaliknya, menjauh dari perintah dan larangan Allah SWT.

Jika demikian, maka beragam musibah yang terjadi di negeri ini haruslah dimaknai sebagai sebuah peringatan bahwa Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertaubat. Karena sesungguhnya Allah SWT telah berjanji akan menerima taubat kita. Maka, bersegeralah menuju ampunan Allah! (diolah dari berbagai sumber).

Senin, 05 Januari 2015

DOA HARIAN: Doa Hendak Memakai Pakaian

addeenonline.com
Alloohumma Lakal Hamdu Anta Kasautaniih, As-Aluka Min Khoiri Wa Khoiri Maa Huwa Lah. Wa’a-Uudzubika Min Syarrihi Wa Syarri Maa Huwa Lah

Artinya : “Ya Allah segala puji bagimu yang telah memberikan pakaian ini , sesungguhnya aku memohon kepadaMu dari kebaikan pakaian ini dari kebaikan yang dibuat untuknya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan yang dipakai ini dibuat untuknya

Doa Hendak Melepas Pakaian

Bismillaahil Ladzii Laa Ilaaha Illaa Huwa


Artinya : “Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia.”

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit

Fadilah Amal

izlalfm.ga
Ada saudara kita yang kini sedang diuji Allah SWT dengan sakit. Apakah kita sudah mejenguknya? Sungguh dari sekian banyak adab atau aamalan yang dikabarkan di dalam Al Quran dan As Sunnah, menjenguk orang sakit adalah amalan yang mulia dan memiliki banyak keutamaan.
Menjenguk orang sakit merupakan salah satu hak seorang muslim yang sepantasnya ia tunaikan atas muslim lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Hak muslim terhadap muslim lainnya ada enam. Sahabat bertanya: Apa saja, wahai Rasulullah? Beliau menjawab:Bila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, bila ia mengundangmu maka hadirilah, bila ia meminta nasihat maka nasihatilah, bila ia bersin dan memuji Allah (mengucap: alhamdulillah) maka jawablah (dengan mengucapkan: yarhamukallah), bila ia sakit maka jenguklah, dan bila ia meninggal dunia maka antarkanlah (jenazahnya hingga makam).” (HR. Muslim, no. 2162)

Apa saja keutamaan menjenguk saudara muslim yang sedang sakit? Berikut fadilahnya:
1.       Merupakan kebun surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)
Maksudnya, orang yang menjenguk orang sakit akan memanen banyak pahala sebagaimana orang yang berada di kebun surga yang memanen buah-buahan surga.
  1. Berada di dalam rahmat Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Siapa yang menjenguk orang sakit, ia akan masuk ke dalam rahmat (Allah), sehingga apabila duduk, ia akan berada di dalam rahmat tersebut. (HR. al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad dan disahihkan al-Albani)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyampaikan:
Barang siapa yang menjenguk orang sakit, ia masuk ke dalam rahmat (Allah). Apabila duduk di sisinya, ia merasa puas/tenang di dalam rahmat itu. Apabila keluar darinya ia senantiasa berada di dalam rahmat itu hingga ia pulang ke rumahnya. (HR. Ibnu Abdil Barr di kitab at-Tamhid 24/273)
  1. Berbuah banyak pahala dari Allah
Dalam sebuah hadis qudsi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:
Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku. Ia berkata: Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta? Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila menjenguknya niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya? (HR. Muslim)
Ulama menjelaskan, hadis ini tidak menunjukkan bahwa Allah benar-benar sakit, namun menunjukkan akan kemuliaan dan keutamaan hamba yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Barang siapa yang menjenguk saudaranya yang sakit ia akan mendapatkan limpahan pahala dari sisi Allah azza wa jalla.
  1. Mendapatkan doa kebaikan dari malaikat
Hal ini sebagaimana telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia melakukannya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadis sahih)
Malaikat bersalawat artinya mendoakan kebaikan bagi mereka.
  1. Penyebab masuk surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Siapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, “Alangkah baiknya dirimu, alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di surga”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: Sahih at-Tirmidzi, no. 1633. Lihat kitab Mausu’ah al-Adab al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, hlm. 623)

Demikianlah beberapa keutamaan yang akan didapatkan oleh seorang muslim yang menjenguk saudara, teman, sahabat, atau siapa saja. Semoga tulisan singkat ini menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk bersegera menjenguk orang yang sakit. Silakan bersegera menjenguknya, limpahan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala telah menanti anda.

Momen Meningkatkan Ketaqwaan kepada Allah SWT

Memaknai Pergantian Tahun Masehi 2015

Suasana pergantian tahun miladiyah Miladiyah (kelahiran) yang dihitung dari sejak lahirnya Nabiyullah Isa binti Maryam ( Isa Al Masih ), yang kita kenal tahun Masehi, sudah sangat terasa.

Beberapa di antaranya yang menjadi penanda setiap tahun adalah berjejernya pedagang terompot di pinggir jalan dan pasar-pasar. Sejumlah agenda meramaikan malam pergantian tahun pun sudah wara wiri dipromosikan. Panggung-panggung dipersiapkan. Deretan artis laris manis menerima job panggung hiburan. Dan seperti biasanya, ribuan orang memadati lapangan larus dalam kegiatan hura-hura, membuang waktu, dan menghabiskan banyak uang, tanpa bekas yang berarti ataupun bernilai ibadah.

Penggunaan kalender Masehi adalah sebuah keniscayaan, dan setiap orang pasti mengenalnya. Demikian berkahirnya tahun Masehi 2014 dan masuknya tahun Masehi 2015. Maka, sepertihalnya datangnya tahun baru Islam, 1 Muharram 1436 Hijriah, yang jatuh pada 25 Oktober 2014 lalu, pergntian tahun Miladiyah harus kita jadikan sebagai tolak ukur, sejauhmana peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita kepada allah SWT. Kita lalui keduanya dalam menata tatanan hidup dan kehidupan untuk menggapai ridha Allah SWT.

Allah SWT mengingatkan kita dalam surat Al Hasyr bagi siapa yang beriman untuk meningkatkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT yaitu mentaati apa-apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, untuk dijadikan perhatian, tafakur dan tadabbur agar kita memiliki bekal untuk hidup hari esok (hari akhirat), sehingga betul-betul kita takut dan merasa dekat dengan Allah SWT lebih dekat dari urat leher kita.

Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman bertaqwa kepada Allah SWT dengan sepenuh hati  dan perbuatan, baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang dan lapang, baik dalam keadaan sadar maupun dalam keadaan terpaksa, karena salah satu kewajiban kita selaku hamba Allah SWT adalah “ Dan tidak aku (Allah SWT) ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” ( QS. Adz Dzariyat ayat 56).

Kita dianugerahi nyawa untuk dapat hidup di dunia dengan segala perlengkapan dan kebutuhannya dari Allah SWT. Oleh karena itu diingatkan untuk tidak menjadi manusia pelupa kepada Allah SWT (Nasullaah), nanti Allah SWT akan menjadikan mereka lupa kepada dirinya sendiri, dan jauhilah perbuatan menyekutukan Allah SWT, karena menyekutukan Allah SWT adalah dosa yang tidak terampuni.

Untuk kita jadikan pedoman dalam menata tatanan hidup dan kehidupan kita, Allah SWT memberi pelajaran yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 177 :
“ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya. Dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, orang-orang yang sabar dalam kemelaratan dan penderitaan serta dalam masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang taqwa.”

Makna Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya, memiliki rasa takut kepada Allah SWT seperti dalam firman-Nya, “ Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang dhalim saja diantara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” Al-Qur’an surat Al Anfaal ayat 25.

Memfokuskan perhatian dan penelitian serta bertafakkur atas keagungan Allah SWT merupakan jalan yang akan melapangkan jiwa dan raga untuk tetap menjadi kebiasaan dalam melakukannya. Menghadap wajah dalam mengambil pelajaran dan contoh ke arah barat dan timur dalam mencari ilmu dan kebutuhan hidup dan kehidupan, bisa saja terpenuhi, namun apabila lupa dan melupakan Allah SWT pemberi segala anugerah, akan terjadi sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 74 :
“  Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Ayat dimaksud memberikan pandangan yang luas kepada kita, bahwa seandainya gunung diberi akal seperti manusia memiliki akal, pikiran dan perasaan, kemudian Al-Qur’an itu diturunkan ke gunung-gunung , tentulah gunung-gunung itu akan tunduk kepada Allah SWT, bahkan hancur lebur karena takut kepada Allah SWT.  Oleh karena itulah gunakan akal, pikiran dan perasaan kepada Dzat Pencipta  agar hati kita tidak membatu bagi hidup dan kehidupan kita di bumi mayapada ini.

Allah SWT memberikan gambaran kepada kita, bagaimana tunduk patuhnya guruh, tujuh langit, bumi, gunung-gunung dan burung, merupakan gambaran bahwa sesungguhnya makhluk ciptaan Allah seluruhnya suka bertasbih (mensucikan Allah) dari segala perbuatan dan perintah-Nya. Allah SWT berfirman :

“ Dan semua sujud (patuh) kepada Allah, baik  yang  ada di langit maupun  di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang mereka di waktu pagi dan petang hari. QS Ar Ra’d ayat 15.”

“ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”  QS Al Isra ayat 44

 “Sungguh Kamilah yang menundukkan  gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi. Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. masing-masingnya amat taat kep ada Allah.” QS Shaad ayat 18-19

Sungguh sangat naif apabila manusia mengingkari apa yang diperintahkan Allah sebagai Khaliqnya. Padahal apa yang dikerjakan oleh manusia tidak akan sia-sia. Allah SWT akan memberikan balasan setimpal atas kebajikan yang mereka kerjakan, yaitu surga Jannatun Na’iim. Dan balasan itu, tidak akan sama dibandingkan orang yang masuk neraka, penghuni surga itulah yang beruntung. Firman Allah SWT, “ Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) ...” QS Al Baqarah ayat 214.

Masa suram, kelam, dan runyam di tahun ini, mari kita perbaiki dengan masa cerah dan kondusif yang diisi dengan tunduk patuh menggapai kebaikan baik tutur kata maupun perbuatan, dirikan shalat pada waktunya; keluarkan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf; laksanakan shaum Ramadhan dan zakat fitrahnya; ibadah haji bagi yang mampu dalam perjalanannya; kelima tuang ini kita tegakkan dengan penuh rasa khusyu’ dan tawadhu atas keagungan Allah SWT, jauhkan sifat saling menyalahkan, memperbanyak instropeksi diri, agar kita dapat sejajar dengan makhluk lainnya yang suka bertasbih kepada Allah.

Kita wajib taat kepada Allah, kepada Rasul-Nya dan kepada para pemimpin di antara kita yang tetap melaksanakan shalat dan lainnya, karena kegaduhan tidak akan menyelesaikan masalah, tapi salurkan aspirasi kita dengan memaknai tatakrama yang baik, tumbuhkan rasa keadilan bagi yang memegang amanah, karena mereka telah bersumpah atas nama Allah. Laksanakan aturan dan peraturan yang telah dibuat, sungguh malu dihadapan Allah, apabila yang telah kita perbuat kita langgar sendiri..


Marilah kita isi tahun 2015 dengan penuh pengabdian kepada Allah dan mari kita biasakan peduli sesama makhluk Allah, dengan memperbanyak keshalehan sosial, karena hidup manusia adalah kehidupan yang perlu bantuan orang lain, dan orang lain perlu dan wajib di bantu oleh kita. (dari berbagai sumber)