Sabtu, 30 Mei 2015

DOA AGAR DIMUDAH MEMBAYAR HUTANG



ALLAHUMMA AKFINI BIHALALIKA 'AN HARAMIKA WA`AGHNINI BIFADLIKA 'AMMAN SIWAKA 


Ya Allah, cukupkanlah aku dengan harta yang halal sehingga tidak aku memerlukan sesuatu yang haram, dan jadikanlah aku kaya sehingga tidak butuh kepada selainMu). (HR. Tirmidzi)

Hikmah Berjilbab Bagi Muslimah



# FADILAH ‘AMAL

Sebagaimana kita ketahui, setiap ketetapan dari syari’at Allah termadap manusia adalah untuk kesejahteraan dan keselamatan manusia itu sendiri. Begitu juga tentang pewajiban memakai jilbab bagi muslimah adalah demi menjaga kehormatan dan harga diri seorang wanita muslim. Allah menegaskan didalam al-qur’an surat Al-Ahzab ayat 59:

“Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dari ayat di atas, sangatlah jelas hikmah yang terkandung di balik perintah untuk memakai busanah muslimah atau memakai jilbab. Diantaranya adalah: 

Sebagai identitas seorang muslimah.
Allah memberikan kewajiban untuk berjilbab agar para wanita mukmin mempunyai ciri khas dan identitas tersendiri yang membedakannya dengan orang-orang non muslim. Dalam sebuah hadits dikatakan : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud)
Identitas sangat lah penting dalam kehidupan yang dapat membedakan antara yang satu dengan lainnya. Apabila seseorang kehilangan identitas dan ciri khasnya maka hilanglah wibawanya dalam kehidupannya.

Meninggikan derajat wanita muslim (muslimah).
Dengan mengenakan jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak membuka auratnya di sembarang tempat, maka seorang muslimah itu bagaikan sebuah batu permata yang terpajang di etalase yang tidak sembarang orang dapat mengambil dan memilikinya. Dan bukan seperti batu yang berserakan di jalan dimana setiap orang dapat dengan mudah mengambilnya, kemudian menikmatinya, lalu membuangnya kembali.

Allah berfirman :”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl(16):97)

Mencegah dari gangguan laki-laki tak bertanggung jawab.
Hal ini mudah dipahami karena dengan seluruh tubuh tertutup kecuali muka dan telapak tangan, maka tidak akan mungkin ada laki-laki iseng yang tertarik untuk menggoda dan mencelakakannya selama ia tidak berperilaku yang berlebih-lebihan. Sehingga kejadian-kejadian seperti perkosaan, perzinaan, dsb dapat dihindarkan. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa’ (17) : 32)

Bagaimanapun dalam kehidupan harus kita akui sangat sedikit sekali terjadi kejahatan seks dan pergaulan bebas terhadap seorang wanita yang memakai busana muslimah secara sempurna. Karena allah telah menjamin mereka tidak akan diganggu seperti firmannya dalam ayata diatas. Akan tampak padanya cirri kesalehan yang membuat para lelaki segan untuk mengganggunya.

Jilbab merupakan lambang wanita modern.
Kita dapat melihat bahwa berpakaian yang rapi dan memakai jilbab bagi wanita muslimah merupakan model pakaian moderen yang tidak pernah dipraktekkan oleh ummat sebelumnya. Ini dapat dibuktikan melalui fakta sejarah bahwa Islamlah yang menganjurkan wanita muslimah untuk memakai jilbab untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya.

Hanya saja sekarang banyak wanita yang berpakaian setengah telanjang seperti model wanita primitif suku pedalaman. Akan tetapi dengan memakai busana yang baik akan tampak kemoderenan dan keanggunan di manapun. (Dari berbagai sumber)

Ilmu adalah Obat Hati yang Sakit





----”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (H.R. Ibnu Majah)---

APA kabar jamaah Masjid As Shidiq? Semoga kita senantiasa dalam limpahan kasih sayang Allah SWT. Amin.
Pada kesempatan yang baik ini, mari kita mengingat kembali di zaman ketika kita bangun pagi, memakai seragam, lalu pergi ke sekolah untuk berlajar cara berhitung, berbahasa yang baik, dan ilmu-ilmu lainnya. Lalu pada sore harinya, ayah atau budan mengantar kita ke madrasah untuk menimba ilmu agama. Sungguh suatu masa yang amat indah dan sulit untuk dilupakan.
Setelah mengingat, maka munculah pertanyaan, apa yang mendasari kepergian kita ke sekolah? Jawabannya adalah karena setiap muslim berkewajiban untuk mencari ilmu, baik itu ilmu dunia maupun ilmu agama.

Allah SWT mewajibkan kita untuk belajar karena setiap manusia terlahir di dunia dalam keadaan yang lemah tidak mengetahui apapun. Allah mengingatkan kondisi kita kala itu dalam salah satu ayat-Nya. Allah berfirman yang artinya,
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati agar kalian bersyukur.” [Q.S. An Nahl:78].

Nikmat ini kemudian Allah dukung dengan kesehatan jasmani dan rohani. Allah berikan pula berbagai sarana pembelajaran seperti pendengaran, penglihatan, dan hati. Sehingga, manusia bisa belajar dari sekitarnya.

Jadi, sifat asal manusia adalah bodoh tidak mengetahui apapun. Tidak mengerti untuk apa ia diciptakan, bagaimana ia hidup, dan mau kemana tujuan hidupnya. Allah berfirman:

“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [Q.S. Al Ahzab:72].
Karenanya, banyak orang yang tidak mengetahui kemaslahatan dan kebaikan sekalipun untuk dirinya sendiri di dunia, apalagi di akhirat.

Oleh sebab itulah Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan kitab-kitab-Nya dan mengutus para rasul-Nya  untuk membimbing dan mengarahkan manusia. Hal ini untuk mengajarkan kepada mereka kemaslahatan sekaligus kemadharatan bagi manusia agar selamat dan berbahagia dalam menjalani kehidupan ini. Allah berfirman:
“Allah mengajarkan kepada manusia perkara yang tidak ia ketahui.” [Q.S. Al Alaq:5].

Pengajaran Allah ini tentunya bisa didapatkan dengan usaha. Yakni, berusaha mengoptimalkan pemanfaatan nikmat sarana yang telah Allah karuniakan kepada manusia. Allah berfirman,
“ Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai kalbu yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, adalah kalbu yang di dalam dada.” [Q.S. Al Hajj:46].

Kita bisa menggunakan mata untuk melihat tanda-tanda keagungan-Nya, telinga untuk mendengar ayat-ayat-Nya, serta kalbu untuk merenungi, memahami, dan menyakininya. Baik ayat kauniyah maupun syar’iyah. Ayat kauniyah berupa alam semesta dan ayat syar’iyah berupa firman-Nya berikut penjelasaan rasul-Nya `.

Inilah ilmu yang hakiki. Yaitu bagaimana mengenal Allah, nama dan sifat-Nya, hak-hak-Nya atas hamba, mengenal Rasul-Nya, bimbingan dan petuah beliau serta mengenal agama-Nya.

Diterangkan oleh Syaikh Abdurrahman As Sa’di dalam Bahjatul Qulub Al Abrar, bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membersihkan kalbu dan ruh. Ilmu yang berbuah kebahagian dunia dan akhirat. Yaitu ilmu yang dibawa oleh Rasulullah ` baik berupa hadits, tafsir, dan fiqih atau pemahaman. Termasuk pula ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa mendukung hal tersebut seperti bahasa arab dan yang lainnya. Sementara Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim menjelaskan bahwa pembelajaran yang paling sempurna adalah fokus dalam menimba ilmu warisan Nabi `. Konsentrasi dalam memahami maksud beliau dalam perintah, larangan, dan semua sabda beliau. Kemudian tunduk patuh mengikutinya tanpa mendahulukan perkataan siapa pun atas sabda beliau.

Manusia tidak bisa tidak pasti membutuhkan ilmu ini, sejauh mana kebutuhannya terhadap keselamatan dan kebahagiaan hidup, sejauh itu  pula kebutuhannya terhadap ilmu. Sehingga ilmu merupakan kebutuhan paling asasi melebihi kebutuhan sesorang terhadap makan dan minum. Karena makan dan minum dibutuhkan tubuh sekali atau dua kali dalam sehari. Sedangkan ilmu dibutuhkan oleh jiwa dan raga sepanjang tarikan nafasnya, seiring denyut nadinya, dan sejalan detak jantungnya. Seorang yang kekurangan makan dan minum hanya bermadharat terhadap raganya di dunia. Sedangkan kosongnya seseorang dari ilmu akan menghancurkan jiwa raganya di dunia sekaligus di akhirat. Demikian makna penjelasan Imam Ahmad, sebagaimana dinukilkan dari Syudzurat Adz Dzahab.

Oleh sebab itulah, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mensyariatkan hamba-Nya untuk menuntut ilmu demi keselamatan hamba di dunia dan di akhirat. Marilah kita perhatikan bahwa Allah telah memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu sebelum segala sesuatu. Allah berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang benar untuk diibadahi selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” [Q.S. Muhammad:19].

Dalam ayat ini Allah memerintahkan dua perkara kepada Nabi-Nya `. Yang pertama perintah berilmu kemudian yang kedua perintah untuk beramal. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukaan ilmu didahulukan daripada amal, sekaligus menunjukkan pula bahwa ilmu adalah syarat keabsahan ucapan dan amalan. Artinya jika kita berucap atau beramal tanpa didasari ilmu maka tidak sah. Demikian sebagaimana disebutkan dalam Hasyiah Tsalatsatul Ushul.Berdalil dengan ayat ini pula Imam Al Bukhari membuat bab khusus dalam kitab Shahih beliau, ‘Bab mengilmui dahulu sebelum berucap dan beramal.’
Rasulullah ` juga bersabda dalam hadits Anas bin Malik :

”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” [H.R. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At-Targhib]. Imam Ahmad menjelaskan bahwa wajib atas setiap orang untuk menuntut ilmu yang bisa menegakkan agama. Yaitu ilmu yang tidak ada kelonggaran untuk tidak mengetahuinya, tentang shalatnya, puasanya dan yang semacamnya.

Syaikh Muhammad At Tamimi menjelaskan, “Ketahuilah bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban. Ilmu adalah obat bagi hati yang sakit. Ketahuilah pula bahwa perkara terpenting bagi hamba adalah mengetahui agamanya, yang mana mengilmui dan mengamalkannya adalah sebab masuk ke dalam surga. Sebaliknya, kebodohan dan masa  bodoh terhadap agama adalah sebab terjerumusnya seseorang ke dalam neraka. Semoga Allah menyelamatkan kita dari neraka.” [Hasyiah Tsalatsatul Ushul]. Jelas bagi kita dari ayat dan hadits serta penjelasan para ulama di atas bahwa menuntut ilmu agama ini adalah wajib atas setiap individu.

Ya, kita diciptakan Allah dengan segala fasilitas tentu mempunyai tujuan, bukan sia-sia. Tetapi untuk memurnikan peribadahan kepada-Nya semata, untuk memakmurkan  bumi dengan ketaatan, serta meninggikan kalimat-Nya setinggi-tingginya. Semua ini bisa terwujud dengan berilmu terlebih dahulu sebelum segala melakukan sesuatu. Inilah jalan kebahagiaan dan keselamatan.
Jamaah Masjid As Shidiq yang berharap ridha Allah SWT, semoga kita mendapatkan pertolongan Allah SWT dalam menuntut ilmu dan mampu mengamalkannya. Amin. (Diolah dari berbagai sumber)