----”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (H.R. Ibnu Majah)---
APA kabar jamaah Masjid As Shidiq? Semoga kita senantiasa
dalam limpahan kasih sayang Allah SWT. Amin.
Pada kesempatan yang baik ini, mari kita mengingat kembali di
zaman ketika kita bangun pagi, memakai seragam, lalu pergi ke sekolah untuk
berlajar cara berhitung, berbahasa yang baik, dan ilmu-ilmu lainnya. Lalu pada
sore harinya, ayah atau budan mengantar kita ke madrasah untuk menimba ilmu
agama. Sungguh suatu masa yang amat indah dan sulit untuk dilupakan.
Setelah mengingat, maka munculah pertanyaan, apa yang
mendasari kepergian kita ke sekolah? Jawabannya adalah karena setiap muslim
berkewajiban untuk mencari ilmu, baik itu ilmu dunia maupun ilmu agama.
Allah SWT mewajibkan kita untuk belajar karena setiap manusia
terlahir di dunia dalam keadaan yang lemah tidak mengetahui apapun. Allah
mengingatkan kondisi kita kala itu dalam salah satu ayat-Nya. Allah berfirman
yang artinya,
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kalian bersyukur.” [Q.S. An Nahl:78].
Nikmat ini kemudian Allah dukung dengan kesehatan jasmani dan
rohani. Allah berikan pula berbagai sarana pembelajaran seperti pendengaran,
penglihatan, dan hati. Sehingga, manusia bisa belajar dari sekitarnya.
Jadi, sifat asal manusia adalah bodoh tidak mengetahui
apapun. Tidak mengerti untuk apa ia diciptakan, bagaimana ia hidup, dan mau
kemana tujuan hidupnya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [Q.S. Al Ahzab:72].
Karenanya, banyak orang yang tidak mengetahui kemaslahatan
dan kebaikan sekalipun untuk dirinya sendiri di dunia, apalagi di akhirat.
Oleh sebab itulah Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan
kitab-kitab-Nya dan mengutus para rasul-Nya untuk membimbing dan
mengarahkan manusia. Hal ini untuk mengajarkan kepada mereka kemaslahatan
sekaligus kemadharatan bagi manusia agar selamat dan berbahagia dalam menjalani
kehidupan ini. Allah berfirman:
“Allah mengajarkan kepada manusia perkara yang tidak ia
ketahui.” [Q.S. Al Alaq:5].
Pengajaran Allah ini tentunya bisa didapatkan dengan usaha.
Yakni, berusaha mengoptimalkan pemanfaatan nikmat sarana yang telah Allah
karuniakan kepada manusia. Allah berfirman,
“ Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai kalbu yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta, adalah kalbu yang di dalam dada.” [Q.S. Al Hajj:46].
Kita bisa menggunakan mata untuk melihat tanda-tanda
keagungan-Nya, telinga untuk mendengar ayat-ayat-Nya, serta kalbu untuk
merenungi, memahami, dan menyakininya. Baik ayat kauniyah maupun syar’iyah.
Ayat kauniyah berupa alam semesta dan ayat syar’iyah berupa firman-Nya berikut
penjelasaan rasul-Nya `.
Inilah ilmu yang hakiki. Yaitu bagaimana mengenal Allah, nama
dan sifat-Nya, hak-hak-Nya atas hamba, mengenal Rasul-Nya, bimbingan dan petuah
beliau serta mengenal agama-Nya.
Diterangkan oleh Syaikh Abdurrahman As Sa’di dalam Bahjatul
Qulub Al Abrar, bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membersihkan kalbu
dan ruh. Ilmu yang berbuah kebahagian dunia dan akhirat. Yaitu ilmu yang dibawa
oleh Rasulullah ` baik berupa hadits, tafsir, dan fiqih atau pemahaman.
Termasuk pula ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa mendukung hal tersebut
seperti bahasa arab dan yang lainnya. Sementara Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul
Halim menjelaskan bahwa pembelajaran yang paling sempurna adalah fokus dalam
menimba ilmu warisan Nabi `. Konsentrasi dalam memahami maksud beliau dalam
perintah, larangan, dan semua sabda beliau. Kemudian tunduk patuh mengikutinya
tanpa mendahulukan perkataan siapa pun atas sabda beliau.
Manusia tidak bisa tidak pasti membutuhkan ilmu ini, sejauh
mana kebutuhannya terhadap keselamatan dan kebahagiaan hidup, sejauh itu
pula kebutuhannya terhadap ilmu. Sehingga ilmu merupakan kebutuhan paling asasi
melebihi kebutuhan sesorang terhadap makan dan minum. Karena makan dan minum
dibutuhkan tubuh sekali atau dua kali dalam sehari. Sedangkan ilmu dibutuhkan
oleh jiwa dan raga sepanjang tarikan nafasnya, seiring denyut nadinya, dan
sejalan detak jantungnya. Seorang yang kekurangan makan dan minum hanya
bermadharat terhadap raganya di dunia. Sedangkan kosongnya seseorang dari ilmu
akan menghancurkan jiwa raganya di dunia sekaligus di akhirat. Demikian makna
penjelasan Imam Ahmad, sebagaimana dinukilkan dari Syudzurat Adz Dzahab.
Oleh sebab itulah, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang mensyariatkan hamba-Nya untuk menuntut ilmu demi keselamatan hamba di
dunia dan di akhirat. Marilah kita perhatikan bahwa Allah telah memerintahkan
untuk berilmu terlebih dahulu sebelum segala sesuatu. Allah berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah
(sesembahan) yang benar untuk diibadahi selain Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” [Q.S. Muhammad:19].
Dalam ayat ini Allah memerintahkan dua perkara kepada
Nabi-Nya `. Yang pertama perintah berilmu kemudian yang kedua perintah untuk
beramal. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukaan ilmu didahulukan daripada amal,
sekaligus menunjukkan pula bahwa ilmu adalah syarat keabsahan ucapan dan
amalan. Artinya jika kita berucap atau beramal tanpa didasari ilmu maka tidak
sah. Demikian sebagaimana disebutkan dalam Hasyiah
Tsalatsatul Ushul.Berdalil dengan ayat ini pula Imam Al Bukhari membuat
bab khusus dalam kitab Shahih beliau, ‘Bab
mengilmui dahulu sebelum berucap dan beramal.’
Rasulullah ` juga bersabda dalam hadits Anas bin Malik :
”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” [H.R. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih At-Targhib]. Imam Ahmad menjelaskan bahwa wajib atas setiap
orang untuk menuntut ilmu yang bisa menegakkan agama. Yaitu ilmu yang tidak ada
kelonggaran untuk tidak mengetahuinya, tentang shalatnya, puasanya dan yang
semacamnya.
Syaikh Muhammad At Tamimi menjelaskan, “Ketahuilah bahwa menuntut ilmu
adalah kewajiban. Ilmu adalah obat bagi hati yang sakit. Ketahuilah pula bahwa
perkara terpenting bagi hamba adalah mengetahui agamanya, yang mana mengilmui
dan mengamalkannya adalah sebab masuk ke dalam surga. Sebaliknya, kebodohan dan
masa bodoh terhadap agama adalah sebab terjerumusnya seseorang ke dalam
neraka. Semoga Allah menyelamatkan kita dari neraka.” [Hasyiah Tsalatsatul
Ushul]. Jelas bagi kita dari ayat dan hadits serta penjelasan para ulama di
atas bahwa menuntut ilmu agama ini adalah wajib atas setiap individu.
Ya, kita diciptakan Allah dengan segala fasilitas tentu
mempunyai tujuan, bukan sia-sia. Tetapi untuk memurnikan peribadahan kepada-Nya
semata, untuk memakmurkan bumi dengan ketaatan, serta meninggikan kalimat-Nya
setinggi-tingginya. Semua ini bisa terwujud dengan berilmu terlebih dahulu
sebelum segala melakukan sesuatu. Inilah jalan kebahagiaan dan keselamatan.
Jamaah Masjid As Shidiq yang berharap ridha Allah
SWT, semoga kita mendapatkan pertolongan Allah SWT dalam menuntut ilmu dan
mampu mengamalkannya. Amin. (Diolah dari
berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar