Senin, 24 November 2014

DOA HARIAN: Doa Menghilangkan Rasa Marah

A’uzubillahi minasy syaitanirrajimi. Allahummagfirli zanbi wazhab gaiza qalbi wa ajirni minasy syaitanir rajimi.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Ya Allah, ampunilah dosaku dan hilangkanlah kepanasan hatiku dan lepaskanlah aku dari gangguan syetan yang terkutuk.”

Jangan Pelihara Rasa Benci!

Fadilan ‘Amal

Jamaah As Shidiq yang dimulyakan Allah SW, berikut ada sebuah kisah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita, bawasanya rasa cinta dan membebaskan diri dari penyakit dengki telah mengantarkan seseorang menjadi ahli syurga.

*

Suatu hari, ketika Nabi SAW sedang berkumpul dengan para sahabat di dekat ka'bah, seorang lelaki asing lewat di hadapan mereka. Setelah lelaki itu berlalu, Nabi berujar kepada para sahabat, ''Dialah ahli surga.'' Dan hal itu dikatakannya sampai tiga kali.

Atas pernyataan Nabi tersebut, timbul penasaran di kalangan para sahabat, terutama Abdullah bin Umar yang memang dikenal sangat kritis. ''Ya, Rasulullah,'' tanya Abdullah, ''Mengapa engkau katakan itu kepada kami, padahal selama ini kami tidak pernah mengenalnya sebagai sahabatmu? Sedang terhadap kami sendiri yang selalu mendampingimu engkau tidak pernah mengatakan hal itu?''

Lalu sebagai seorang uswah, Nabi memberikan jawaban diplomatis yang sangat bijak. ''Jika engkau ingin tahu tentang apa yang aku katakan, silakan engkau tanyakan sendiri kepadanya.'' Karena rasa penasarannya sangat tinggi, suatu hari Abdullah bin Umar menyengajakan diri untuk berkunjung ke rumah orang asing itu.

''Ya, akhie,'' kata Abdullah, ''kemarin sewaktu engkau lewat di hadapan kami, Rasulullah mengatakan bahwa engkau seorang ahli surga. Apa gerangan yang menjadi rahasianya sehingga Rasulullah begitu memuliakanmu?''

Lelaki itu tersenyum, kemudian menjawab, ''Sesungguhnya aku tidak pernah melakukan apa-apa. Aku bahkan tidak memiliki kekayaan apa-apa. Baik ilmu maupun harta yang bisa kusedekahkan. Yang kumiliki hanyalah kecintaan. Kecintaan kepada Allah SWT, kepada Rasulullah dan kepada sesama manusia. Dan setiap malam menjelang tidur, aku selalu berusaha menguatkan rasa cinta itu, sekaligus berusaha menghilangkan perasaan benci yang ada kepada siapa saja. Bahkan terhadap orang-orang kafir sekalipun.''

Memelihara perasaan benci dan marah, berarti menyimpan egoisme. Adanya perasaan benci, berarti adanya sikap untuk menyalahkan orang yang dibenci itu. Dan menyalahkan orang lain berarti membenarkan sikap dan tindakan sendiri.

Padahal sikap semacam itu sudah sejak awal diklaim syetan pada penciptaan Adam as. Kisah tersebut memberikan gambaran kepada kita, bahwa perasaan benci, bukan hanya mengakibatkan fitnah dan permusuhan, tetapi juga dapat menimbulkan penyakit batin yang sangat fatal, sekaligus menjauhkan diri dari surga yang menjadi dambaan setiap mukmin.
Sehingga sikap yang paling bijaksana adalah, selalu berusaha untuk mengintrospeksi diri, sekaligus menjadi orang yang pemaaf. Sebab itulah yang selalu dilakukan Nabi sepanjang perjalanan hidupnya. Sedangkan hidup Nabi adalah contoh bagi setiap mukmin. (dari berbagai sumber)

Kamis, 20 November 2014

Mengapa Orang Suka Mendengki?

Hati Bersih adalah Lentera Kehidupan

Jagalah hati jangan kau kotori/ Jagalah hati lentera hidup ini//
Jagalah hati jangan kau nodai/ Jagalah hati cahaya Illahi//

Ingatkah dengan pentikan syair lagu yang pernah dipopulerkan ustaz Abdulah Gymnastiar atau yang kita kenal dengan sebutan Aa Gym, pemilik pondok pesantren Manajemen Qalbu Daarut Tauhid? Kalau Anda ingat, bolehlah didendangkan, karena lagunya sangat pas untuk mengingatkan kita yang terkadang tanpa disadari meningalkan fitrah hati yang senantiasa memberikan peringatan, manakala kita berbuat salah.

Hati atau dalam bahasa Arab disebut qolbu, merupakan sumber penalaran, tempat bersemayamnya pertimbangan, tumbuhnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan keras kepala, ketenangan dan kegoncangan. Hati juga sumber kebahagiaan, jika mampu membersihkannya, namun sebaliknya merupakan sumber bencana jika menodainya. Aktivitas badan sangat tergantung lurus bengkoknya hati.

Abu Hurairah r.a. berkata : “hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika raja itu bagus, maka akan bagus pula tentaranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tentaranya.”

Dalam hidup dan kehidupan di alam yang fana ini seringkali kita menemukan orang-orang yang keras hatinya sehingga hidupnya dihabiskan untuk bersenang-senang, berfoya-foya dan” hubbud dunya/ cinta dunia.

Cinta dunia inilah yang seringkali merusak fitrah hati untuk selalu memberikan pertimbangan ketika manusia berbuat dosa. Semisal, ketika seseorang mengambil harta yang bukan haknya (korupsi), sesungguhnya dia mengetahuinya bahwa perbuatan tersebut salah dan berdosa. Hati akan mengingatkan, “korupsi itu salah, berdosa, melanggar larangan agama, dan bisa menjatuhkan pribadi yang baik ke dalam lembah hitam, bahkan bisa mejadikan seseorng menjadi hina dina.”
Jika cinta dunia lebih dominan, maka nasihat hati tak akan didengarnya. Manusia kemudian terjerumus ke dalam dosa. Manusia mengira hidupnya akan susah dan wibawanya akan runtuh jika tak memiliki banyak harta, manusia mengira bahwa harta yang melimpah akan menjadikannya raja dan kekal menjalani hidup, manusia mengira kehormatannya terletak pada hartanya. Sungguh pandangan yang keliru, karena manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah mereka yang paling bertakwa.
Pembaca bulletin AS SHIDIQ yang dimuliakan Allah SWT, jangan-jangan kita termasuk orang yang hatinya rusak dan tidak bisa lagi menjadi pengingat ketika langkah kita mulai melenceng. Benarkah demikian? Mari kita kenali tanda-tanda orang yang hatinya keras dan hanya menghabiskan hidupnya dengan cinta dunia.

Malas melakukan ketaatan dan amal kebaikan
Malas untuk menjalankan ibadah dan menganggap ibadah itu adalah perbuatan yang sia-sia dan dianggap tidak penting. Meskipun mereka melakukan salat, salatnya dilakukan asal-asalan tanpa ada kekhusyuan dan kesungguhan, serta merasa berat dalam pelaksanaannya. Salat orang yang cinta dunia, belum mampu menjadi benteng ketika syetan menggodanya untuk berbuat maksiat.

Tengoklah berapa banyak manusia yang tinggal di Indonesia, bergelar haji dan berulang kali melakukan ibadah haji ke Makkah, tapi tetap saja melakukan kecurangan. Bahkan, uang Negara untuk urusan agama pun dikorupsinya. Barangkali orang yang demikian, melakukan ibadah haji karena diniatkan agar mendapatkan pujian dari orang lain atau sekadar bersenang-senang bepergian ke luar negeri saja, bukan untuk mendapatkan rido Allah SWT.

Tidak tersentuh oleh ayat-ayat Al Qur’an
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh sama sekali, tidak mau khusyu’ dan tunduk, dan juga lalai dari membaca Al Qur’an, serta mendengarkannya. Bahkan engggan dan berpaling darinya. Sedangkan Allah SWT telah memperingatkan, artinya “maka beri peringatanlah dengan Al Qur’an orang takut kepada ancaman-Ku (QS Qaf : 45).

Di dalam ayat lain, Allah SWT mengatakan bahwa orang yang hatinya terisi dengan iman, maka ia akan merasa takut kepada Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. Yaitu, orang-orang yang melaksanakan salat dan menginfakkan sebagai dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. (QS Al Anfal: 2-3)

Tidak tersentuh dengan ayat Kauniyah
Orang yang hatinya mengeras, dia tidak tergerak dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana alam dll. Dia memandang kematian atau orang yang sedang di usung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.
“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafiq) memperhatikan bahwa mereka di uji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?”  (QS Attaubah : 126)

Orang yang cinta dunia secara berlebihan merasa bahwa harta yang dimilikinya akan mengekalkannya, menyelamatkannya dari setiap sakit. Padahal kematian sesungguhnya telah mengarakan bahwa tidak ada manusia yang abadi di dunia karena setiap yang bernyawa akan mengalami kematian.

Jika ia melakukan kerusakan di muka bumi, bencana alam longsor, banjir bandang, atau yang lainnya, tidak mampu menghentikan tangan kotornya. Dia tetap melakukan dosa dengan keyakinan harta yang dimilikinya akan membuatnya bahagia selamanya.

Berlebihan mencintai dunia dan melupakan akhirat
Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci, dan hubungan dengan sesama manusia, hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil, dan tamak terhadap dunia dengan kata lain telah terjangkit penyakit “Al-Wahn”  yaitu hubbuddunya wa karohiyatul maut, cinta dunia dan takut mati.

Kedengkian telah menutup kebenaran perintah Allah melalui rasulnya, Muhammad SAW, yang memerintahkan kita untuk memuliakan tetangga. Bahkan, kita disebut tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, jika belum mampu memuliakan tetangga.
Peristiwa yang sering terjadi di masyarakat, banyak manusia yang membenci tetangganya karena melihat sang tetngga mendapat rezekdi berlebih, atau karena urusan yang lain.

Kurang mengagungkan Allah
Hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran. Tidak mengenal yang ma’ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.

Kegersangan hati
Kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.

Kemaksiatan berantai

Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran syetan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.

**
Hati yang lembut dan lunak merupakan nikmat Allah yang sangat besar, karena dia mampu menerima dan menyerap segala yang datang dari Allah. Allah mengancam orang yang berhati keras melalui firman-Nya, “Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az-Zumart : 22).

Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangklan kerasnya hati dan menjadikannya lunak, lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah adalah dengan ma’rifat (mengenal) Allah, mengingat maut, berziarah kubur, dan memikirkan penghuninya, memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an, mengingat akhirat dan kiamat, memperbanyak dzikir dan istighfar, mendatangi dan bergaul dengan orang shaleh, dan mawas diri.

Akhirnya, kita berdoa, semoga Allah SWT selalu menjadikan hati kita, hati yang bersih dan dipenuhi cahaya keimanan. Karena hati yang demikian akan mampu membentengi diri dari perbuatan dosa dan hina. (diolah dari berbagai sumber)

***

DOA HARIAN: Doa untuk Kedua Orangtua

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo

Artinya“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Jumat, 14 November 2014

Kehusyuan Salat Urwah bin Zubair

# Fadilah ‘Amal

Urwah bin Zubair pernah terkena tumor di telapak kakinya dan orang-orang pun mengatakan, “ Kedua telapak kaki Anda harus diamputasi. Biar kami minumkan Anda arak agar Anda tidak merasa kesakitan.” Dengan tegas ia menolak, “Saya tidak akan menggunakan kemaksiatan dalam rangka ketaatan kepada Allah.

Mereka pun mengatakan, “ Kalau begitu, kami akan memberikan obat penidur.” Beliau menjawab, “ Aku tidak suka bagian tubuhku diambil ketika tidur.”

Mereka pun berkata, “ Kalau begitu, kami akan membawakan beberapa lelaki untuk memegangi Anda, agar Anda tidak bergerak nantinya. “Tetapi kemudian Urwah mengatakan, “Aku akan membantu diriku sendiri.” Orang-orang bertanya,”Bagaimanakah caranya?”

Bayangkanlah, saudaraku, apa yang akan dikatakan oleh Urwah! Beliau berkata, “Biarkan aku mengerjakan salat, dan begitu kalian melihat aku telah tidak lagi bergerak di mana anggota badanku telah tenang dan aku pun telah terdiam, maka tunggulah sampai aku bersujud. Kemudian begitu aku telah bersujud, saat itu aku telah pergi dari dunia, silakan kalian lakukan apa saja yang ingin kalian lakukan terhadapku.”

Sang tabib pun datang dan menunggu beliau sujud. Ketika beliau bersujud, sang tabib membawa kapak dan memotong telapak kaki Urwah. Beliau pun berkeringat deras namun tidak sedikit pun berteriak. Terdengar beliau mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah.. Aku rela Allah sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai seorang nabi dan rasul ….!”. Sampai kemudian beliau pingsan tanpa sempat berteriak sedikit pun. Ketika tersadar, mereka membawa potongan kaki dan menunjukkannya kepada beliau. Urwah pun memandangnya dan berkata, “Aku bersumpah kepada Allah, bahwa aku tidak pernah membawamu kepada yang haram, dan Allah Maha Tahu beberapa kali aku gunakan kamu untuk bersalat di malam hari.”

Kawan beliau kemudian berseru,” Selamat Urwah! Semoga sebagian badanmu telah mendahuluimu ke surge. Urwah menyahut, “Demi Allah, tidak ada ucapan belasungkawa yang lebih utama dari ucapan ini.”

Tidaklah Anda menyaksikan dalamnya suasana dramatic ini? Urwah tidak memiliki pilihan lain selain dipotong telapak kakinya. Namun, yang lebih dari itu adalah adegan khusyuan ketika salat. (Dinukil dari buku Ibadatul Mukmin karya Amru Khalid)

Kamis, 13 November 2014

“Nuhun Gusti, Persib Juara”

Kemenangan Itu Datangnya dari Allah

TRIBUN JABAR/DENI DENASWARA
RIBUAN suporter Persib Bandung, baik yang tergabung dalam klub suporter sepak bola Viking, Bomber, Bobotoh Geulis, dan lainnya, berbaur dengan masyarakat umum warga Kota Bandung, memadati jalan-jalan di Kota Bandung, Minggu (9/10). Bahkan tak sedikit supoter Persib dari daerah lain yang juga turut memadati jalanan Kota Bandung.

Sedang apa mereka? Mereka berada di jalanan, mengendarai mobil, sepeda motor, dan berjalan kaki, untuk merayakan kemenangan Persib Bandung yang mengakhiri kompetisi Liga Super Indonesia musim 2013-2014 dengan kemenangan. Pemain, manajemen Persib, dan para bobotoh pun berhak memegang, memajang, berfoto bersama, melihat dari dekat, dan ikut bergembira, atas Trofi LSI yang diraihnya.

“Alhamdulillah Persib Juara. Puas tos ningali piala jeung para pemain diarak keliling Bandung,” ujar warga Griya Winaya yang turut menyaksikan arak-arakan pemain dan trofi juara LSI, di Alun-alun Ujungberung. Kegembiraan itu pun mereka bagi melalui status jejaring sosial di Facebook, BBM, Twitter, dll. Obrolan kemenangan Persib makin riuh setelah sejumlah komentar berdatangan. Senang? Tentu saja.

Para pemain Persib Bandung memang telah berjuang segenap tenaga untuk memenangkan laga final LSI melawan Persipura Jayapura, di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Mereka pun akhirnya menang setelah melewati pertandingan melelahkan yang berakhir dengan adu penalti. Bonus uang dan sejumlah fasilitas pun mengalir ke pemain dan manajemen Persib.

Jemaah As Shidiq, mari kita renungkan kemenangan yang diperoleh Persib! Apakah kemenangan itu benar-benar diperoleh atas usaha sendiri para pemian Persib dan manajemen? Apakah ada andil tangan Allah SWT yang membantu mereka? Secara kasat mata, memang kemenangan itu diraih atas usaha para pemain. Tapi pernahkan kita bertanya, siapakah yang memudahkan langkah mereka untuk meraih bola, menahan serangan, dan kecermatan dalam melesakkan bola ke gawang lawan sehingga berbuah gol? Siapakah yang memberikan kemampuan berorganisasi sehingga terbentuk tim yang solid? Tentu saja semua karena pertolongan Allah SWT. Jika Allah tidak menghendaki kememenangan untuk Persib, maka dengan mudahnya Allah SWT menjadikan Pemain Perseib cedera, sakit sebelum bertanding, terusulut emosi hingga berbuah kartu merah, dan bermain susah payah.

“…Tidak ada yang dapat mem­berikan pertolongan kepada kalian selain Allah. Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana dalam memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.” (QS. al-Anfaal, 8:10)

Di ayat lain Allah mengatakan: “Wahai kaum mukmin, jika Allah menolong kalian dalam mengalahkan musuh, maka tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Jika Allah melemahkan kalian dalam menghadapi musuh, maka siapakah yang dapat memberi pertolongan kepada kalian selain Allah? Hanya kepada Allah-lah orang-orang mukmin seharusnya pasrah.” (QS. Ali ‘Imran, 3:160)

Apa rahasia di balik kemenangan Persib? Beberapa menit setelah Persib mengakhiri laga final dengan kemenangan, beredar gambar dan kisah usaha nonteknis yang dilakukan pemain dan manajemen Persib. Apa itu? Mereka merendahkan diri di hadapan Allah SWT, bersujud, memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa yang pernah dilakukan. Mengakui bahwa mereka itu tak memiliki daya dan upaya selain pertolongan Allah SWT. Mereka melakukan salat berjamaah, berdoa secara berjamaah yang dipimpin Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Mereka berdoa agar para penghuni langgit mengamini doa-doa mereka, memohonkan pertolongan Allah SWT untuk meringankan langkah mereka menuju juara. Dan Allah tak pernah mengingkari janjinya, bahwa setiap doa pasti akan dikabulkan.

“Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Ku kabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mukmin: 60).

Belajar dari Perang Hunain
Persib Bandung telah memenangkan sebuah kompetisi sepak bola terakbar di Indonesia. Mereka layak menjadi juara, selain kualitas pemain yang baik, manajemen tim yang rapih, juga banyaknya supporter yang mendukungnya. Kemenangan itu akan tetap ada para mereka selama mereka tetap merendahkan diri di hadapan sang pencipta, mereasa lemah dan tak berdaya tanpa pertolongan Allah SWT. Tapi, jika mereka menyombongkan diri, merasa sebagai tim besar, tangguh, dengan sokongan dana yang besar, dan jumlah pendukung yang tak bisa ditandingi oleh pendukung tim manapun di Liga Indonesia, maka kekalahan itu lebih dekat.

Peristiwa perang Hunain telah mengajarkan banyak pelajaran untuk tidak sombong dengan kekuatan yang besar, karena kemenangan itu datangnya dari Allah SWT. Ketia kaum muslimin mendatkan ancaman dari Kabilah Hawazin yang tinggal di pegunungan tidak jauh di sebelah timur laut Makkah karena merasa khawatir akan diserang kaum Muslimin, setelah membebaskan Makkah dan menghancurkan berhala-berhala. Kaum Muslimin menghadapinya dengan kesombongaan. Mereka merasa tak akan bisa dikalahkan karena memiliki jumlah pasukan yang besar.

Kaum Muslimin keliru. Pasukan yang besar itu ternyata tak bisa menolong mereka dari serangan musuh. Saat pasukan kaum Muslimin yang dimpin langsung oleh Rasulluah Muhammad SAW yang berjumlah 12.000 orang, lengkap dengan pakaian besi, menyusuri selat Hunain menuju Thamah, tiba-tiba datanglah serangan mendadak secara bertubi-tubi dari kabilah-kabilah yang dikomandoi Malik bin Auf. 

Dalam keremangan subuh itu mereka dihujani panah oleh pihak Malik dan sekutunya yang sudah bersiap di bukit Hunain. Ketika itulah keadaan Muslimin jadi kacau-balau. Dalam keadaan terpukul demikian, mereka berbalik surut dengan ketakutan dan kegentaran dalam hati. Bahkan ada pula yang lari tunggang-langgang.  

Sementara Rasulullah tetap tabah tiada bergerak di tempatnya. Beberapa orang dari kalangan Muhajirin, Anshar serta kerabat-kerabatnya tetap berada di sekelilingnya. Beliau memanggil orang-orang yang melarikan diri itu, "Hai orang-orang, kalian mau ke mana? Mau ke mana?"
 
Kemenangan kaum Muslimin kembali diraih setelah mereka kembali pada keyakinanya bahwa pertolongan Allah itu nyata bagi orang-orang yang beriman dan kembali mengikuti petunjuk Rasul Muhammad SAW. Akhirnya kaum Muslimin berhasil memukul mundur dan mengalahkan musuh-musuh Allah. Kemenangan Muslimin yang sangat menentukan itu ialah karena ketabahan Rasulullah dan sejumlah kecil orang-orang di sekelilingnya. 

Dalam hal inilah turun firman Allah: 
“Wahai kaum mukmin, Allah telah menolong kalian di banyak medan perang dan pada saat perang Hunain. Ketika itu kalian merasa bangga pada jumlah yang banyak. Akan tetapi jumlah kalian yang banyak itu ternyata tidak bermanfaat sedikit pun bagi kalian. Ketika kalian kalah, bumi terasa sempit bagi kalian, padahal bumi itu luas. Kemudian kalian melarikan diri dari medan perang Hunain. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Allah menurunkan balatentara-Nya yang tidak kalian lihat, dan menu­runkan adzab-Nya kepada orang-orang kafir. Demikian itulah hukuman Allah bagi orang-orang kafir.” (QS. At-Taubah, 25-26).


Semoga kita selalu menjadi pemenang dalam setiap peperangan melawan hawa nafsu yang seringkali menjadikan kita lupa bersyukur dan mudah takabur.  (***)

Jumat, 07 November 2014

Mengucapkan yang Baik, Mengajak dalam Kebaikan, Menyingkirkan Duri, adalah Sedekah

Fadilah 'Amal

PEMBACA buletin AS SHIDID yang berbahagia, mari kita renungkan sebuah ayat di dalam Surat Al Baqarah, ayat 148, yang menganjurkan umat manusia berlomba dalam hal kebaikan.
''Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.''(QS al-Baqarah [2]:148)
Setelah membacanya, barangkali ada di antara kita yang mempertanyakan kemudahan yang Allah SWT berikan kepada orang-orang kaya dalam beramal. Mereka yang memiliki kelebihan harta akan dengan mudah beramal, menyantuni si fakir, berinfak untuk pembangunan masjid, perbaikan jalan, dan amalan saleh lainnya. Lalu bagaimana dengan si miskin? Dengan apa mereka akan beramal atau bersedekah?

Perbedaan antara yang kaya dan si miskin pada saat ini memang sangat terasa jaraknya. Kegalauan si miskin yang kemungkinan sulit beramal saleh ini pun pernah sampai kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ketika itu dari kalangan Muhajirin yang miskin, mengadu kepada Rasulullah bahwa mereka iri dengan keadaan para sahabat yang lain. Karena berkecukupan, maka mereka akan gampang untuk berbuat kebaikan. Sementara mereka, karena kepapaannya, hanya bisa memberikan sedikit, atau malah tidak sama sekali.

"Ya Rosulullah, orang-orang kaya pergi dengan memborong pahala yang banyak. Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakannya dan juga berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bisa bersedekahdengan kelebihan harta mereka" (HR.Muslim)

Mendengar pengaduan tersebut lalu Rasulullah bersabda, ''Bukankah Allah telah menjadikan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir kalian sebagai sedekah? Begitupun dengan memerintah kepada yang makruf dan melarang perbuatan mungkar merupakan bagian dari sedekah.'' (HR Muslim).

Dalam kitab Riyadus Salihin juz I, juga disebutkan bahwa RasulullahMuhammd SAW mengatakan: "Pada setiap ruas tulang ada kewajiban sedekah. Setiap hari di mana sesorang terbantu dengan tulangnya yang mengangkat atau mengangkut barang barangnya di atasnya adalah sedekah. Ucapan yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang dilakukan seseorang menuju salat adalah sedekah dan menghilangkan sesuatu yang menyakitkan di jalan adalah sedekah. (HR Bukhari dan Muslim).

Ada dua hikmah yang bisa ditarik dari kisah di atas. Pertama, sungguh mulia kepribadian para sahabat, karena mereka iri pada tempatnya. Mereka iri bukan karena kenikmatan duniawi, akan tetapi mereka merasa takut kalau tidak bisa berlomba mendapatkan  keridhaan dari Allah SWT. Kedua, Islam memberikan kemudahan dan taklif sesuai kadar dan kemampuan seseorang. (*)

Kamis, 06 November 2014

DOA HARIAN: Doa Naik Kendaraan

Subhaanal laadzii sakkhoro lanaa hadzaa wa maa kunna lahu mugriniina wa innaa ilaa rabbinaa lamun qolibuun.

(Segala puji bagi Allah yang telah menjalankan kendaraan ini, sedang kami tidak kuasa menjalankannya dan kepada Allah kami kembali. (HR Muslim))

Alhamdulillah, Bumi Kami Kembali Menghijau

Hujan Adalah Berkah

rangtalu.wordpress.com
--- “Dan Kami turunkan dari langit air hujan yang penuh dengan berkah yang dengan itu Kami tumbuhkan pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf : 9)---

"Alhamdulillah hujan, rasanya adem. Kebulnya berkurang." Demikian ucapan sebagain orang ketika Allah SWT menurunkan hujan ke permukaan bumi. Hujan tak hanya membuat jalan-jalan menjadi tak berdebu, tapi banyak memberi manfaat. Semisal, sumur-sumur sumber air minum kembali terisi, petani kembali bisa bercocok tanam, dan usahayang bergantung pada air pun kembali hidup.

Berdasarkan ramalan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) semua daratan di Jawa Barat, dan belahan bumi Indonesia lainnya memang akan banyak diguyur air hujan. Kita yang tinggal di Kota Bandung dan sekitarnya sudah merasakannya. Kita merasakan gembira. Tapi bagi sebagian warga lainnya bisa jadi tidak. Mengapa? Karena hujan bisa mendatangkan banjir bagi mereka. "Yah, musim hujan, banjir lagi deh."
Sebagai umat yang berpikir maju ke depan seharusnya hujan dan banjir disikapi dengan positif thinking dan tidak berperasangka buruk kepada Allah SWT, sehingga semua segera dapat diselesaikan dengan baik dan berencana.

Apa pun bentuknya, hujan adalah berkah yang diturunkan oleh Allah."Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fushshilat: 39)
"Tidakkah engkau lihat bahwa Allah menurunkan air hujan dari langit kemudian jadilah bumi itu menghijau dengan tanaman-tanaman, sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha mengetahui." (QS. al-Hajj : 63)

Berkah hujan telah memberi harapan kehidupan yang lebih sejahtera dengan berkecukupan bahan pangan dan sumber air minum. Coba kita tengok ke belakang beberapa bulan lalu, kita mengalami musim kemarau yang sangat panjang. Kekeringan  telah membawa pengaruh yang signifikan bagi hidup dan kehidupan karena banyak derita yang kita keluhkan. Tampak sumur-sumur, sungai, dan danau mongering. Bahkan parit dan pematang sawah merekah, terbelah, lantaran panas yang terik. Binatang-binatang peliharaan pun tumbuh dengan tubuh kurus karena rumput sebagai sumber makananan mongering. Petani tak bisa bercocok tanam. Bahkan musim panen pun gagal karena padi menjadi puso.
Hujan adalah kebaikan Allah SWT kepada umat manusia dan mahluk lain di muka bumi. Hanya saja, manusia lebih sering mengingkari nikmat Allah SWT ketimbang bersyukur.

"Dan Kami turunkan dari langit air yang bersih lagi suci yang dengannya Kami akan menghidupkan negeri (tanah) yang mati dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk kami, binatang-binatang ternak, dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia agar mereka mengambil pelajaran (daripadanya), akan tetapi kebanyakan manusia enggan kecuali mengingkarinya." (QS. al-Furqan : 48-50)

Hujan tidak saja bentuk kasih sayang Allah SWT, tapi juga mengandung pelajaran bagi manusia untuk bermuhasabah atau melakukan koreksi diri. Koreksi diri dalam arti menyesali semua amaliah yang tidak baik serta perjalanan hidup yang sudah terlalu jauh menyimpang dari garis-garis ketentuan Allah SWT dan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW. Hendaknya kita menyadari bahwa penyimpangan -penyimpangan inilah yang menyebabkan timbulnya percobaan dan adzab, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Thaha : 124
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya penghidupan baginya menjadi sempit."

Tegasnya selama ini kita kurang menunjukkan rasa syukur, sehingga benarlah apa yang dinyatakan dalam Al-Qur'an "
"Jika engkau sekalian bersyukur, pasti akan Ku tambah nikmatKu; akan tetapi jika engkau sekalian ingkar, maka ingatlah bahwa siksa Ku amat pedih."QS Ibrahim : 7

Kita hendaknya menyadari bahwa kerusakan-kerusakan yang nampak di hadapan kita , entah itu berupa rusaknya tanaman-tanaman kita di sawah dan ladang dan lain sebagainya adalah karena tingkah laku kita sendiri. Termasuk terjadinya banjir yang kerap menggenani rumah-rumah kita.
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." Qs Ar Rum : 41

Marilah kita buktikan rasa penyesalan sedalam-dalamnya. Lalu, kita jadikan hari ini sebagai titik tolak untuk merubah tata hidup dan kehidupan di hari-hari mendatang dengan ketulusan hati memohon belas kasihan dan rahmat Allah SWT, agar semua penderitaan kita berupa panjangnya kemarau ini, diganti oleh Allah SWT dengan hujan yang membawa rahmat, hujan yang membawa nikmat, hujan yang menyuburkan, banyak air, dan kebaikannnya, memenuhi sungai dan selalu mengalir merata sampai hari kiamat. Semoga cucuran keringat dan cucuran air mata orang-orang yang bertaubat, akan diubah oleh Allah SWT menjadi genangan air yang menyuburkan ladang, menyegarkan tubuh-tubuh kita dan menyejukkan hati kita semua. (*)

Sabtu, 01 November 2014

Edisi Perdana Buletin Dakwah AS SHIDIQ


SELAMAT tahun baru 1436 H, semoga niat kita berhijrah untuk memperbaiki segala sesuatu yang masih belum baik di tahun kemarin menjadi lebih baik di tahun baru 1436 H ini dimudahkan dan dikabulkan oleh Allah SWT.

Di awal tahun baru Islam ini, DKM As Shidiq menerbitkan secara berkala buletin dakwah AS SHIDIQ. Semoga bisa bernfaat. Jamaah bisa mendapatkan secara gratis di Masjid As Shidiq. Selamat menyimak.