Dosa-dosa Valentine Day
Jamaah Masjid As Shidiq yang selalu mengharapkan ridha
Allah SWT, sesekali datanglah ke mall atau supermarket di sekitar Anda, maka
Anda akan menjumpai sesuatu yang berbeda dari biasanya. Di sana, Anda akan
menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik, semisal berupa pita,
bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga yang didominasi dua
warna: pink dan biru muda.
Dan Anda pasti mafhum, karena kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia
akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih popular dengan Valentine Day.
Dan perayaan itu biasa dilakukan pada setiap tanggal 14 Februari.
Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja
perkotaan. Barangkali termasuk anak-anak di Griya Winaya, Ujungberung. Di hari
itu, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau
disayanginya, terutama kekasih. Beragam bentuk cokelat adalah kado yang paling
banyak mereka bagikan.
Valentine Day berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang
momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri
Islam besar seperti Indonesia.
Selaku umat Islam, kita mesti menilik ulang perayaan
tersebut. Banyak hal dalam perayaan tersebut yang bisa dikritisi. Di antaranya
adalah tentang memadu kasih lewat pacaran dan hukum merayakan valentine serta
memberikan hadiah ketika itu. Dan wajib menjadi bahan renungan adalah dalam
perayaan itu ternyata muncul banyak maksiat. Banyak catatan yang menyebutkan
bahwa perayaan yang semuala hanya berbagi kado dengan lawan jenis, berlanjut pada
kegiatan seks bebas. Setelah itu, banyak anak-anak perempuan yang kemudian
hamil dan menyesali perbuataanya karena sang kekasih ingkar pada janjinya,
hendak menikahi.
Sebagian orang menyangka bahwa jika seseorang ingin
mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Dan anehnya, sampai dikatakan
bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya cara untuk mengenal pasangan.
Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti tidak lepas dari
perkara-perkara berikut ini.
Pacaran adalah jalan menuju zina
Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu
nyata. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau
chating. Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa
terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu
banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini
sebagaimana berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media.
Maka benarlah, Allah Ta’ala mewanti-wanti
kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak
dibolehkan, apalagi jika sampai berzina.
“Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan
Padahall Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya,
“Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS. An Nur: 30).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang
beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita
yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan
mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya.
Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang
tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara
mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad).
Berdua-duaan (kholwat) yang terlarang di sini tidak mesti
dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa pula bentuknya lewat
pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan lainnya. Seperti ini
termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula sebagai jalan menuju
sesuatu yang terlarang (yaitu zina).
Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang
bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap anak Adam telah
ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa
tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan
dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau
mengingkari yang demikian.”[4]
Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu
kasih lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas?
Lantas dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana
mungkin dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas
pun ditemukan.
Mereka yang berpacaran atau sebagai kaum mungkin bisa
jadi tidak mengetahui bahwa sebenarnya perayaan ini berasal dari budaya barat
untuk mengenang pendeta (santo) Valentinus. Paus Gelasius I menetapkan tanggal
14 Februari sebagai hari peringatan santo Valentinus. Kenapa tanggal 14
Februari bisa dihubungkan dengan santo Valentinus? Ada yang menceritakan bahwa
sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati karena
memperjuangkan cinta), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang
diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari
Valentinusmu“. Pada kebanyakan versi menyatakan bahwa 14 Februari
dihubungkan dengan kegugurannya sebagai martir.
Dari sini menunjukkan bahwa perayaan Valentine bukan
perayaan kaum muslimin, namun termasuk perayaan barat. Maka terlihat jelas
adalah tasyabuh (meniru-niru) orang kafir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara
tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).
Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih
Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan
menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,
“Kami tidak pernah mengetahui
solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR.
Ibnu Majah)
Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah.
Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu
lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang
belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”(
HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis tersebut
juga jelas dikatakan bahwa bagi mereka yang belum mampu, maka dapat
mengendalikan nafsunya dengan cara berpuasa. Tips lainnya adalah dengan cara
memperbanyak ibadah dan berusaha iklas dalam menjalaninya. Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada
Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak
pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah
akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. (Diolah
dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar