Artinya : Dengan nama Allah ya Allah aku memohon pada-Mu kebaikan pasar ini dan kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pasar ini dan dari keburukan yang ada didalamnya. Dan aku berlindung pada-Mu dari sumpah palsu dan dari suatu pembelian atau penjualan yang merugikan. (HR. Hakim)
Kompleks Griya Winaya Blok E3 No 25A, Kelurahan Pasirjati, Kecamatan Ujungberung Kota Bandung - Jawa Barat
Jumat, 13 Februari 2015
DOA HARIAN: DO'A MASUK PASAR
Artinya : Dengan nama Allah ya Allah aku memohon pada-Mu kebaikan pasar ini dan kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pasar ini dan dari keburukan yang ada didalamnya. Dan aku berlindung pada-Mu dari sumpah palsu dan dari suatu pembelian atau penjualan yang merugikan. (HR. Hakim)
Berbagi Hadiah Hilangkan Kedengkian
FADILAN 'AMAL
Saling
memberi hadiah adalah hal yang mestinya dibiasakan. Namun demikian hal itu
mesti diselaraskan dengan syariat. Tidak memberikan kepada lawan jenis jika
tidak aman dari fitnah. Tidak pula memberikannya karena dikaitkan dengan
perayaan tertentu yang merupakan budaya non-Islam seperti Valentine’s Day, dan
sebagainya.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Saling menghadiahilah kalian
niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits
yang mulia di atas menunjukkan bahwa pemberian hadiah akan menarik rasa cinta
di antara sesama manusia, karena tabiat jiwa memang senang terhadap orang yang
berbuat baik kepadanya. Inilah sebab disyariatkannya memberi hadiah. Dengannya
akan terwujud kebaikan dan kedekatan. Sementara agama Islam adalah agama yang
mementingkan kedekatan hati dan rasa cinta. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
“Ingatlah
nikmat Allah kepada kalian, ketika sebelumnya (di masa jahiliah) kalian saling
bermusuhan lalu ia menjinakkan (mempersaudarakan) hati-hati kalian maka kalian
pun dengan nikmat-Nya menjadi orang-orang yang bersaudara.” (Ali ‘Imran: 103)
Hadiah menumbuhkan cinta yang berarti akan
mengusir kebencian, permusuhan, dan kedengkian di dalam hati. (*)
Menikah Solusi Terbaik Memadu Kasih
Dosa-dosa Valentine Day
Jamaah Masjid As Shidiq yang selalu mengharapkan ridha
Allah SWT, sesekali datanglah ke mall atau supermarket di sekitar Anda, maka
Anda akan menjumpai sesuatu yang berbeda dari biasanya. Di sana, Anda akan
menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik, semisal berupa pita,
bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga yang didominasi dua
warna: pink dan biru muda.
Dan Anda pasti mafhum, karena kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia
akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih popular dengan Valentine Day.
Dan perayaan itu biasa dilakukan pada setiap tanggal 14 Februari.
Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja
perkotaan. Barangkali termasuk anak-anak di Griya Winaya, Ujungberung. Di hari
itu, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau
disayanginya, terutama kekasih. Beragam bentuk cokelat adalah kado yang paling
banyak mereka bagikan.
Valentine Day berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang
momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri
Islam besar seperti Indonesia.
Selaku umat Islam, kita mesti menilik ulang perayaan
tersebut. Banyak hal dalam perayaan tersebut yang bisa dikritisi. Di antaranya
adalah tentang memadu kasih lewat pacaran dan hukum merayakan valentine serta
memberikan hadiah ketika itu. Dan wajib menjadi bahan renungan adalah dalam
perayaan itu ternyata muncul banyak maksiat. Banyak catatan yang menyebutkan
bahwa perayaan yang semuala hanya berbagi kado dengan lawan jenis, berlanjut pada
kegiatan seks bebas. Setelah itu, banyak anak-anak perempuan yang kemudian
hamil dan menyesali perbuataanya karena sang kekasih ingkar pada janjinya,
hendak menikahi.
Sebagian orang menyangka bahwa jika seseorang ingin
mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Dan anehnya, sampai dikatakan
bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya cara untuk mengenal pasangan.
Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti tidak lepas dari
perkara-perkara berikut ini.
Pacaran adalah jalan menuju zina
Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu
nyata. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau
chating. Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa
terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu
banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini
sebagaimana berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media.
Maka benarlah, Allah Ta’ala mewanti-wanti
kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak
dibolehkan, apalagi jika sampai berzina.
“Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan
Padahall Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya,
“Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS. An Nur: 30).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang
beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita
yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan
mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya.
Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang
tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara
mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad).
Berdua-duaan (kholwat) yang terlarang di sini tidak mesti
dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa pula bentuknya lewat
pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan lainnya. Seperti ini
termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula sebagai jalan menuju
sesuatu yang terlarang (yaitu zina).
Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang
bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap anak Adam telah
ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa
tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan
dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau
mengingkari yang demikian.”[4]
Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu
kasih lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas?
Lantas dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana
mungkin dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas
pun ditemukan.
Mereka yang berpacaran atau sebagai kaum mungkin bisa
jadi tidak mengetahui bahwa sebenarnya perayaan ini berasal dari budaya barat
untuk mengenang pendeta (santo) Valentinus. Paus Gelasius I menetapkan tanggal
14 Februari sebagai hari peringatan santo Valentinus. Kenapa tanggal 14
Februari bisa dihubungkan dengan santo Valentinus? Ada yang menceritakan bahwa
sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati karena
memperjuangkan cinta), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang
diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari
Valentinusmu“. Pada kebanyakan versi menyatakan bahwa 14 Februari
dihubungkan dengan kegugurannya sebagai martir.
Dari sini menunjukkan bahwa perayaan Valentine bukan
perayaan kaum muslimin, namun termasuk perayaan barat. Maka terlihat jelas
adalah tasyabuh (meniru-niru) orang kafir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara
tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).
Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih
Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan
menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,
“Kami tidak pernah mengetahui
solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR.
Ibnu Majah)
Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah.
Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu
lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang
belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”(
HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis tersebut
juga jelas dikatakan bahwa bagi mereka yang belum mampu, maka dapat
mengendalikan nafsunya dengan cara berpuasa. Tips lainnya adalah dengan cara
memperbanyak ibadah dan berusaha iklas dalam menjalaninya. Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada
Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak
pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah
akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. (Diolah
dari berbagai sumber)
Jumat, 06 Februari 2015
DOA HARIAN: DO'A MASUK TOILET/ KAKUS
Allaahumma innii a'uudzubika minal khubutsi wal khabaa'itsi.
Artinya : Ya Allah, aku berlindung
pada-Mu dari syaitan besar laki-laki dan betina. (HR. Bukhari dan Muslim)
DO'A KELUAR TOILET/ KAKUS
Ghufraanaka. Alhamdulillaahil ladzii adzhaba 'annjil adzaa
wa'aafaanii.
Artinya : Ku memohon ampunan-Mu.
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakitku dan telah menyembuhkan/menyelamatkanku.
(HR. Abu Daud)
Berjabat Tangan Menggugurkan Dosa
FADILAH AMAL
Di dalam banyak kesempatan kita
telah melakukan jabat tangan ketika bertemu dengan saudara muslim yang lain,
atau setelah mengerjakan shalat. Jabat tangan adalah amalah yang dianjurkan
oleh Rasulullah SAW karena berjabat tangan dapat mengguburan dosa-dosa.
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah dua orang
muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni
(dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“
Hadits yang mulia ini menunjukkan
keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang
dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama, bahkan ini merupakan sunnah yang
muakkad (sangat ditekankan).
Selain dianjurkan berjabat tangan
ketika bertemu, berjabat tangan juga disunnahkan ketika berpisah, berdasarkan
sebuah hadits yang dikuatkan oleh syaikh al-Albani.
Berjabat tangan setelah shalat bagi
dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah shalat lima waktu), juga
dianjurkan, karena niat keduanya adalah berjabat tangan karena bertemu dan
bukan karena shalat.
Hadis lain membolehkan seseorang berjabat tangan setelah
shalat.
Diriwayatkan dari sahabat Yazid bin Aswad bahwa ia shalat
subuh bersama Rasulallah, lalu setelah shalat para jamaah berebut untuk
menyalami Nabi, lalu mereka mengusapkan ke wajahnya masing-masing, dan begitu
juga saya menyalami tangan Nabi lalu saya usapkan ke wajah saya. (H.R. Bukhari,
hadits ke 3360).
Karena fadilahnya yang besar, para
sahabat pun melakukan berjabat tangan dengan sesame muslim lainnya. Dari Qaladah bin Di’amah r.a. berkata : saya
berkata kepada Anas bin Malik, apakah mushafahah itu dilakukan oleh para
sahabat Rasul ? Anas menjawab : ya (benar). (*)
Seekor Semut Pun Merasa Yakin Rizkinya Dijamin Allah
*) Allah Memberi Rizki Setiap Mahluk
Jamaah yang dirahmati Allah, setiap
kali kita menghadapi makanan dan minuman, kita berdoa kepada Allah agar diberikan
barakah dari rezeki yang akan kita santap. Setiap anak-anak muslim juga dididik
sejak kecil untuk berdoa sebelum makan. Barakah dari rezeki itulah yang kita hajatkan.
Setiap manusia menghabiskan sebagian
besar dari waktu dan umur untuk mencari rezeki. Berusaha mencari rezeki,
apabila ikhlas niat dan dilaksanakan dengan mengikuti jalan-jalan yang halal
adalah ibadah kepada Allah. Dalam mencari rezeki, juga dapat menguatkan akidah
seorang muslim, Allah SWT adalah pemberi rezeki. Salah satu nama Allah adalah
al-Razzak, yaitu pemberi Rezeki. Banyak perkara di dunia ini dipermudahkan oleh
Allah untuk manusia, agar digunakan dalam usaha mencari rezeki. Oleh karena itu
jangan sampai kita lupa kepada Allah SWT apabila kita telah mendapat nikmat
dari-Nya.
Suatu hari Nabi Sulaiman AS bertanya
kepada seekor semut tentang berapa banyak makanan yang diperlukannya untuk
hidup dalam setahun. Semut menjawab, ia hanya perlukan makanan sebesar sebutir
gandum.
Lalu Nabi Sulaiman memasukkan semut
tersebut di dalam sebuah botol dengan di letakkan bersamanya gula sebesar
sebutir gandum. Mulut botol itu kemudiannya ditutup (diberi lubang sikit untuk
udara masuk ke dalamnya).
Setelah waktu setahun berlalu, mulut
botol itu pun dibuka oleh Nabi Sulaiman AS Anehnya, baginda dapati hanya
separuh sahaja daripada gula sebesar sebutir gandum itu yang habis dimakan oleh
semut tersebut.
Nabi Sulaiman bertanya, mengapa
hanya separuh makanan saja yang dihabiskan sedangkan semut pernah berkata ia
perlukan makanan sebesar sebutir gandum?
Sang semut menjelaskan bahawa jika
diluar botol rezekinya dijamin sepenuhnya oleh Allah dan dia yakin Allah pasti
akan mencukupkan rezekinya. Sebab itu dia tidak perlu risau dengan hakikat itu.
Tetapi apabila dikurung oleh manusia
(Nabi Sulaiman AS) dia mengambil langkah berjaga-jaga dan bertindak cermat
kerana tidak yakin dengan keprihatinan manusia. Mana tahu kalau-kalau manusia
itu terlupa lalu mengurungnya lebih dari waktu satu tahun? Maka, apa yang akan
terjadi padanya?
Hikmah dan pelajaran yang kita
dapatkan dari kisah tersebut adalah semut lebih yakin jaminan rezeki dari
Allah SWT (bertawakal kepada Allah) ketika di luar botol dibandingkan “jaminan”
manusia ketika berada di dalam botol. Untuk menghadapi kemungkinan itulah ia
mengambil langkah berhemat supaya apabila terjadi sesuatu di luar jangkaannya
dia masih mampu bertahan. Masih ada makanan yang bisa digunakan.
Jika semut saja merasa aman dengen
rezeki dari Allah, mengapa kita yang berada di dunia ini yang mengaku beriman
kepada Allah SWT tetapi masih ragu-ragu tentang jaminan rezeki dari Allah SWT?
Oleh itu yakinilah dengan sepenuh hati bahawa setiap anak yang lahir ke dunia,
Allah telah menjamin rezeki untuknya.
Setiap manusia yang diciptakan oleh
Allah telah ditetapkan rezeki untuknya sejak di dalam kandungan ibunya. Allah
SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang telah menjamin rezeki untuk semua
makhluknya, dari sekecil-kecilnya makhluk (kuman) hinggalah sebesar-besarnya
(ikan paus) dan tidak dikurangkan sedikit pun daripadanya.
Manusia diminta untuk berusaha,
berdoa dan bertawakkal. Setelah melakukan itu, yakin bahwa ia akan mendapat dan
memiliki rezeki yang telah disedaikan oleh Allah dimuka bumi ini.
“Barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dari
kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupkan
keperluannya.”(Surah At-Talaq ayat 2-3)
Siapa saja di antara hamba-hamba
Allah yang paling tinggi takwanya maka dia adalah orang yang paling mulia
disisi Allah SWT. Orang yang bertakwa adalah orang mukmin yang berhati-hati
didalam menjalani kehidupan didunia ini, amat takut kalau-kalau dia terjerumus
di dalam kehidupan yang mendatangkan kemurkaan Allah SWT.
Ia bukan saja telah meninggalkan
yang haram dan melaksanakan yang wajib, tetapi ia telah meninggalkan
perkara-perkara syubhah dan makruh. Dalam amalan ibadahnya diperbanyakkan
amalan-amalan sunat dalam rangka merapatkan lagi hubungan dengan Allah S.W.T,
malahan semua yang harus pula di niatkan kerana Allah supaya menjadi ibadah.
Allah SWT akan membantu orang-orang
yang bertakwa, segala kesusahannya, kemiskinannya dan apa-apa saja permasaalaan
hidup yang dihadapinya, akan terbentang luas jalan keluar diberikan oleh Allah
SWT. Bukan sesaat ini saja, malahan Allah SWT akan memberikan rezeki yang tiada
disangka-sangka, rezeki yang jauh didekatkan, yang sedikit diperbanyakkan, dan
yang banyak dimudahkan.
Kadangkala seseorang pernah bertanya
pada diri sendiri, “Kenapa rezekiku sempit? Buat berbagai usaha
tetapi masih gagal mencapai matlamatnya? Berniaga merosot, puas aku berdoa dan
minta pertolongan Allah tetapi masih tidak dimakbulkan-Nya?”
Perlu di ingat bahawa Allah Maha
Mengetahui apa akan berlaku kepada para hamba-Nya, dilambatkan permohonannya
adalah untuk kebaikan hambanya sendiri. Kerana takwanya belum mantap, maka
diuji lagi supaya semakin banyak ia berusaha, berdoa dan bertawakal maka akan
melahirkan hubungan yang erat hatinya dengan Allah dan Dia ingin memberikan
pahala yang besar kepadanya di atas kesabarannya. Oleh itu kita wajib berbaik
sangka dengan Allah SWT berdoa dan terus berdoa jangan putus asa. Cepat atau
lambat dikabulkan doa kita adalah urusan Allah SWT.
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Allah SWT berfirman, ‘Aku
sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku’.”(Hadis RiwayatAl-Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda, maksudnya
: “Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan kamu berbaik sangka dengan
Allah.” (Hadis Riwayat Muslim)
Apakah maksud berbaik sangka dengan
Allah? Berbaik sangka di sini adalah rasa takut dan harap yang saling bergandengan,
ataupun rasa takut mengatasi rasa harap.
“Jika sekiranya kamu bertawakal kepada Allah
dengan sebenar-benar tawakal, pasti Allah akan memberi rezeki kepadamu, seperti
Dia memberi rezeki kepada burung-burung yang terbang di pagi hari dengan
tembolok kosong dan waktu pulang kesarangnya pada waktu petang, temboloknya
sudah penuh.”
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6)
Kesimpulannya, dalam usaha mencari
rezeki di atas dunia ini, jangan sampai menjauhkan kita daripada beribadah dan
mangingat Allah. Oleh karena itu, kita perlu bertawakal kepada Allah dengan
hakikat tawakal yang sebenarnya. Kita mesti berusaha dan berikhtiar tetapi
meletakkan pergantungan sepenuhnya kepada Allah. Kalau dapat apa yang kita
inginkan, bersyukurlah. Kalau sebaliknya, bersabarlah dan berbaik sangka dengan
Allah. Yang penting, kita mesti tahu meletakkan kepentingan antara dunia dan
akhirat.
Jangan gadaikan akhirat dengan cinta
dunia yang sementara ini. Berusaha dan berikhtiarlah, kerana ia sunnatullah.
Tetapi ingat, ia tidak akan dapat mengatasi takdir Allah. (Diolah dari berbagai sumber)
Langganan:
Postingan (Atom)