Jumat, 13 Februari 2015

DOA HARIAN: DO'A MASUK PASAR


Bismillahi, allahumma innii as-aluka khayra haadzihiz suuqi wa khayra maa fiihaa, wa a'uudzu bika min syarri haadzihis suuqi wa min syarri maa fiithaa. Allahumma innii a'uudzu bika an ushiiba fiihaa yamiinaam faajiratan aw shafagatan khaasiratan.

Artinya : Dengan nama Allah ya Allah aku memohon pada-Mu kebaikan pasar ini dan kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pasar ini dan dari keburukan yang ada didalamnya. Dan aku berlindung pada-Mu dari sumpah palsu dan dari suatu pembelian atau penjualan yang merugikan. (HR. Hakim)

Berbagi Hadiah Hilangkan Kedengkian

FADILAN 'AMAL

Saling memberi hadiah adalah hal yang mestinya dibiasakan. Namun demikian hal itu mesti diselaraskan dengan syariat. Tidak memberikan kepada lawan jenis jika tidak aman dari fitnah. Tidak pula memberikannya karena dikaitkan dengan perayaan tertentu yang merupakan budaya non-Islam seperti Valentine’s Day, dan sebagainya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits yang mulia di atas menunjukkan bahwa pemberian hadiah akan menarik rasa cinta di antara sesama manusia, karena tabiat jiwa memang senang terhadap orang yang berbuat baik kepadanya. Inilah sebab disyariatkannya memberi hadiah. Dengannya akan terwujud kebaikan dan kedekatan. Sementara agama Islam adalah agama yang mementingkan kedekatan hati dan rasa cinta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika sebelumnya (di masa jahiliah) kalian saling bermusuhan lalu ia menjinakkan (mempersaudarakan) hati-hati kalian maka kalian pun dengan nikmat-Nya menjadi orang-orang yang bersaudara.” (Ali ‘Imran: 103)


 Hadiah menumbuhkan cinta yang berarti akan mengusir kebencian, permusuhan, dan kedengkian di dalam hati.  (*)

Menikah Solusi Terbaik Memadu Kasih

Dosa-dosa Valentine Day

Jamaah Masjid As Shidiq yang selalu mengharapkan ridha Allah SWT, sesekali datanglah ke mall atau supermarket di sekitar Anda, maka Anda akan menjumpai sesuatu yang berbeda dari biasanya. Di sana, Anda akan menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik, semisal berupa pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.

Dan Anda pasti mafhum, karena kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih popular dengan Valentine Day. Dan perayaan itu biasa dilakukan pada setiap tanggal 14 Februari.

Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Barangkali termasuk anak-anak di Griya Winaya, Ujungberung. Di hari itu, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Beragam bentuk cokelat adalah kado yang paling banyak mereka bagikan.

Valentine Day berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.

Selaku umat Islam, kita mesti menilik ulang perayaan tersebut. Banyak hal dalam perayaan tersebut yang bisa dikritisi. Di antaranya adalah tentang memadu kasih lewat pacaran dan hukum merayakan valentine serta memberikan hadiah ketika itu. Dan wajib menjadi bahan renungan adalah dalam perayaan itu ternyata muncul banyak maksiat. Banyak catatan yang menyebutkan bahwa perayaan yang semuala hanya berbagi kado dengan lawan jenis, berlanjut pada kegiatan seks bebas. Setelah itu, banyak anak-anak perempuan yang kemudian hamil dan menyesali perbuataanya karena sang kekasih ingkar pada janjinya, hendak menikahi.

Sebagian orang menyangka bahwa jika seseorang ingin mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Dan anehnya, sampai dikatakan bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya cara untuk mengenal pasangan. Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti tidak lepas dari perkara-perkara berikut ini.
Pacaran adalah jalan menuju zina
Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu nyata. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau chating. Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini sebagaimana berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media. Maka benarlah, Allah Ta’ala mewanti-wanti kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak dibolehkan, apalagi jika sampai berzina.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).

Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan
Padahall Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS. An Nur: 30).

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya.

Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad).

Berdua-duaan (kholwat) yang terlarang di sini tidak mesti dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa pula bentuknya lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan lainnya. Seperti ini termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula sebagai jalan menuju sesuatu yang terlarang (yaitu zina).

Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.[4]

Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu kasih lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas? Lantas dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana mungkin dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas pun ditemukan.

Mereka yang berpacaran atau sebagai kaum mungkin bisa jadi tidak mengetahui bahwa sebenarnya perayaan ini berasal dari budaya barat untuk mengenang pendeta (santo) Valentinus. Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari peringatan santo Valentinus. Kenapa tanggal 14 Februari bisa dihubungkan dengan santo Valentinus? Ada yang menceritakan bahwa sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati karena memperjuangkan cinta), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu“. Pada kebanyakan versi menyatakan bahwa 14 Februari dihubungkan dengan kegugurannya sebagai martir.

Dari sini menunjukkan bahwa perayaan Valentine bukan perayaan kaum muslimin, namun termasuk perayaan barat. Maka terlihat jelas adalah tasyabuh (meniru-niru) orang kafir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih
Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah)
Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah. Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”( HR. Bukhari dan Muslim)


Dalam hadis tersebut juga jelas dikatakan bahwa bagi mereka yang belum mampu, maka dapat mengendalikan nafsunya dengan cara berpuasa. Tips lainnya adalah dengan cara memperbanyak ibadah dan berusaha iklas dalam menjalaninya. Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. (Diolah dari berbagai sumber)

Jumat, 06 Februari 2015

DOA HARIAN: DO'A MASUK TOILET/ KAKUS

Allaahumma innii a'uudzubika minal khubutsi wal khabaa'itsi.

Artinya : Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari syaitan besar laki-laki dan betina. (HR. Bukhari dan Muslim)

DO'A KELUAR TOILET/ KAKUS

Ghufraanaka. Alhamdulillaahil ladzii adzhaba 'annjil adzaa wa'aafaanii.

Artinya : Ku memohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakitku dan telah menyembuhkan/menyelamatkanku. (HR. Abu Daud)

Berjabat Tangan Menggugurkan Dosa

FADILAH AMAL

Di dalam banyak kesempatan kita telah melakukan jabat tangan ketika bertemu dengan saudara muslim yang lain, atau setelah mengerjakan shalat. Jabat tangan adalah amalah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW karena berjabat tangan dapat mengguburan dosa-dosa.

Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama, bahkan ini merupakan sunnah yang muakkad (sangat ditekankan).

Selain dianjurkan berjabat tangan ketika bertemu, berjabat tangan juga disunnahkan ketika berpisah, berdasarkan sebuah hadits yang dikuatkan oleh syaikh al-Albani.

Berjabat tangan setelah shalat bagi dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah shalat lima waktu), juga dianjurkan, karena niat keduanya adalah berjabat tangan karena bertemu dan bukan karena shalat. 

Hadis lain membolehkan seseorang berjabat tangan setelah shalat.

Diriwayatkan dari sahabat Yazid bin Aswad bahwa ia shalat subuh bersama Rasulallah, lalu setelah shalat para jamaah berebut untuk menyalami Nabi, lalu mereka mengusapkan ke wajahnya masing-masing, dan begitu juga saya menyalami tangan Nabi lalu saya usapkan ke wajah saya. (H.R. Bukhari, hadits ke 3360).


Karena fadilahnya yang besar, para sahabat pun melakukan berjabat tangan dengan sesame muslim lainnya. Dari Qaladah bin Di’amah r.a. berkata : saya berkata kepada Anas bin Malik, apakah mushafahah itu dilakukan oleh para sahabat Rasul ? Anas menjawab : ya (benar). (*)

Seekor Semut Pun Merasa Yakin Rizkinya Dijamin Allah

*) Allah Memberi Rizki Setiap Mahluk

Jamaah yang dirahmati Allah, setiap kali kita menghadapi makanan dan minuman, kita berdoa kepada Allah agar diberikan barakah dari rezeki yang akan kita santap. Setiap anak-anak muslim juga dididik sejak kecil untuk berdoa sebelum makan. Barakah dari rezeki itulah yang kita hajatkan.

Setiap manusia menghabiskan sebagian besar dari waktu dan umur untuk mencari rezeki. Berusaha mencari rezeki, apabila ikhlas niat dan dilaksanakan dengan mengikuti jalan-jalan yang halal adalah ibadah kepada Allah. Dalam mencari rezeki, juga dapat menguatkan akidah seorang muslim, Allah SWT adalah pemberi rezeki. Salah satu nama Allah adalah al-Razzak, yaitu pemberi Rezeki. Banyak perkara di dunia ini dipermudahkan oleh Allah untuk manusia, agar digunakan dalam usaha mencari rezeki. Oleh karena itu jangan sampai kita lupa kepada Allah SWT apabila kita telah mendapat nikmat dari-Nya.

Suatu hari Nabi Sulaiman AS bertanya kepada seekor semut tentang berapa banyak makanan yang diperlukannya untuk hidup dalam setahun. Semut menjawab, ia hanya perlukan makanan sebesar sebutir gandum.

Lalu Nabi Sulaiman memasukkan semut tersebut di dalam sebuah botol dengan di letakkan bersamanya gula sebesar sebutir gandum. Mulut botol itu kemudiannya ditutup (diberi lubang sikit untuk udara masuk ke dalamnya).

Setelah waktu setahun berlalu, mulut botol itu pun dibuka oleh Nabi Sulaiman AS Anehnya, baginda dapati hanya separuh sahaja daripada gula sebesar sebutir gandum itu yang habis dimakan oleh semut tersebut.
Nabi Sulaiman bertanya, mengapa hanya separuh makanan saja yang dihabiskan sedangkan semut pernah berkata ia perlukan makanan sebesar sebutir gandum?

Sang semut menjelaskan bahawa jika diluar botol rezekinya dijamin sepenuhnya oleh Allah dan dia yakin Allah pasti akan mencukupkan rezekinya. Sebab itu dia tidak perlu risau dengan hakikat itu.
Tetapi apabila dikurung oleh manusia (Nabi Sulaiman AS) dia mengambil langkah berjaga-jaga dan bertindak cermat kerana tidak yakin dengan keprihatinan manusia. Mana tahu kalau-kalau manusia itu terlupa lalu mengurungnya lebih dari waktu satu tahun? Maka, apa yang akan terjadi padanya?

Hikmah dan pelajaran yang kita dapatkan dari kisah tersebut adalah semut lebih yakin  jaminan rezeki dari Allah SWT (bertawakal kepada Allah) ketika di luar botol dibandingkan “jaminan” manusia ketika berada di dalam botol. Untuk menghadapi kemungkinan itulah ia mengambil langkah berhemat supaya apabila terjadi sesuatu di luar jangkaannya dia masih mampu bertahan. Masih ada makanan yang bisa digunakan.

Jika semut saja merasa aman dengen rezeki dari Allah, mengapa kita yang berada di dunia ini yang mengaku beriman kepada Allah SWT tetapi masih ragu-ragu tentang jaminan rezeki dari Allah SWT? Oleh itu yakinilah dengan sepenuh hati bahawa setiap anak yang lahir ke dunia, Allah telah menjamin rezeki untuknya.
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah telah ditetapkan rezeki untuknya sejak di dalam kandungan ibunya. Allah SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang telah menjamin rezeki untuk semua makhluknya, dari sekecil-kecilnya makhluk (kuman) hinggalah sebesar-besarnya (ikan paus) dan tidak dikurangkan sedikit pun daripadanya.

Manusia diminta untuk berusaha, berdoa dan bertawakkal. Setelah melakukan itu, yakin bahwa ia akan mendapat dan memiliki rezeki yang telah disedaikan oleh Allah dimuka bumi ini.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupkan keperluannya.”(Surah At-Talaq ayat 2-3)

Siapa saja di antara hamba-hamba Allah yang paling tinggi takwanya maka dia adalah orang yang paling mulia disisi Allah SWT. Orang yang bertakwa adalah orang mukmin yang berhati-hati didalam menjalani kehidupan didunia ini, amat takut kalau-kalau dia terjerumus di dalam kehidupan yang mendatangkan kemurkaan Allah SWT.

Ia bukan saja telah meninggalkan yang haram dan melaksanakan yang wajib, tetapi ia telah meninggalkan perkara-perkara syubhah dan makruh. Dalam amalan ibadahnya diperbanyakkan amalan-amalan sunat dalam rangka merapatkan lagi hubungan dengan Allah S.W.T, malahan semua yang harus pula di niatkan kerana Allah supaya menjadi ibadah.

Allah SWT akan membantu orang-orang yang bertakwa, segala kesusahannya, kemiskinannya dan apa-apa saja permasaalaan hidup yang dihadapinya, akan terbentang luas jalan keluar diberikan oleh Allah SWT. Bukan sesaat ini saja, malahan Allah SWT akan memberikan rezeki yang tiada disangka-sangka, rezeki yang jauh didekatkan, yang sedikit diperbanyakkan, dan yang banyak dimudahkan.

Kadangkala seseorang pernah bertanya pada diri sendiri, “Kenapa rezekiku  sempit?  Buat berbagai usaha tetapi masih gagal mencapai matlamatnya? Berniaga merosot, puas aku berdoa dan minta pertolongan Allah tetapi masih tidak dimakbulkan-Nya?”

Perlu di ingat bahawa Allah Maha Mengetahui apa akan berlaku kepada para hamba-Nya, dilambatkan permohonannya adalah untuk kebaikan hambanya sendiri. Kerana takwanya belum mantap, maka diuji lagi supaya semakin banyak ia berusaha, berdoa dan bertawakal maka akan melahirkan hubungan yang erat hatinya dengan Allah dan Dia ingin memberikan pahala yang besar kepadanya di atas kesabarannya. Oleh itu kita wajib berbaik sangka dengan Allah SWT berdoa dan terus berdoa jangan putus asa. Cepat atau lambat dikabulkan doa kita adalah urusan Allah SWT.

Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW  bersabda yang bermaksud : “Allah SWT berfirman, ‘Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku’.”(Hadis RiwayatAl-Bukhari)
Rasulullah SAW  bersabda, maksudnya : “Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan kamu berbaik sangka dengan Allah.” (Hadis Riwayat Muslim)

Apakah maksud berbaik sangka dengan Allah? Berbaik sangka di sini adalah rasa takut dan harap yang saling bergandengan, ataupun rasa takut mengatasi rasa harap.

“Jika sekiranya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, pasti Allah akan memberi rezeki kepadamu, seperti Dia memberi rezeki kepada burung-burung yang terbang di pagi hari dengan tembolok kosong dan waktu pulang kesarangnya pada waktu petang, temboloknya sudah penuh.”
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6)

Kesimpulannya, dalam usaha mencari rezeki di atas dunia ini, jangan sampai menjauhkan kita daripada beribadah dan mangingat Allah. Oleh karena itu, kita perlu bertawakal kepada Allah dengan hakikat tawakal yang sebenarnya. Kita mesti berusaha dan berikhtiar tetapi meletakkan pergantungan sepenuhnya kepada Allah. Kalau dapat apa yang kita inginkan, bersyukurlah. Kalau sebaliknya, bersabarlah dan berbaik sangka dengan Allah. Yang penting, kita mesti tahu meletakkan kepentingan antara dunia dan akhirat.


Jangan gadaikan akhirat dengan cinta dunia yang sementara ini. Berusaha dan berikhtiarlah, kerana ia sunnatullah. Tetapi ingat, ia tidak akan dapat mengatasi takdir Allah. (Diolah dari berbagai sumber)