Mengenang Jasa Ibu (Hari Ibu, 22 Desember 2014)
---- “ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan... “ (QS Al-Ahqaf ayat 15) ----
Jamaah Masjid As Shidiq yang dimuliakan Allah SWT, kapankan terakhir kita menemui ibu yang telah melahirkan kita? Atau kapankan kita terakhir mendengarkan keluhannya, meskipun itu hanya melalui sambungan telepon?
Sebulan yang lalu kah? Atau setahun yang lalu kah? Jika jawabannya, iya, padahal ibumu masih hidup, maka sungguh kita termasuk anak-anak yang mejauhi dari keberkahan hidup di dunia dan manisnya syurga, kelak ketika dunia dan isinya mengalami kehancuran.
Kehidupan dunia dengan beragam kenikmatan yang fana telah banyak melalaikan anak-anak yang semula ketika dilahirkan oleh seorang ibu, sangat diharapkan kelak bisa berbakti dan menjadi tempat bersandar para orang tua. Anak-anak bekerja dari pagi hingga petang, pulang ke rumah menemui keluarganya, lalu menghabiskan malam dengan tidur. Bangun pagi, lalu disibukkan kembali dengan pekerjaan. Rutinitas menjadikan dirinya menjadi sebuah mesin untuk menghasilkan lembaran demi lembaran rupiah. Sosok manusia yang peduli dengan sesama seolah telah mati.
Bagaimana kabar sang ibu dan ayah di kampung halaman, tempat sang anak dilahirkan? Anak-anak tak mempedulikannya. Seolah bayangan ibu telah hilang sejak anak-anak meninggalkan rumah untuk mencari nafkah di tempat lain.
Bahkan ketika sang ibu menelepon karena rasa kangen yang membuncah, sang anak tak menjawabnya. Ia baru menyadari hanphone-nya yang berharga jutaan rupiah itu menunjukkan tanda ada yang menelepon, ketika hari mulai beranjak gelap. Ia pun melewatkan begitu saja tanpa menelpon balik untuk menanyakan kabar sang Ibu.
Ketika deringan telepon itu berbunyi, bagian dari keluarga di kampung mengabarkan ibu sangat menginginkan perjumpaan dengan anak-anak, sang anak tak segera pulang. Kesibukan pekerjaan menjadi alasan utama yang menghalangi sampainya obat rindu sang Ibu.
Tahukan wahai sang anak, bahwa ibumu telah mengandungmu selama sembilan bulan? Tahukan kamu, ibumu telah melahirkanmu dengan susah payah? Dan ingatkah kamu, ibumu telah menyusuimu hingga engkau mendapatkan semua kebutuhkan untuk perkembangan tubuhmu yang kuat dan kekar itu, gizi terbaik yang ada dalam tetesan susu ibunmu. Ingatkah kamu, ketika itu engkau memangis tengah malam karena merasa lapar? Dan ibumu pun menahan rasa kantuk untuk menolongmu.
Jika engaku lupa, ingatkah ketika istrimu mengandung anakmu? Betapa ia sangat kepayahan ketika janin mulai tumbuh di kandungannya. Ia merasakan mual, sakit, dan pucat yang sangat. Itu semua ia tahan dan tetap secara iklas menerima semua ujian itu demi anak-anak yang dikandungnya. Lalu, ketika bayi dalam kandungan mulai membesar, ia menggendongnya ke mana pun sang ibu pergi tanpa rasa malu sedikit pun, bahwa perutnya telah membesar. Ia pun tak mengeluh meskipun sesungguhnya ia amat merasa berat dengan langkahnya. Sekarang apakah kita sudah mengingatnya, betapa jasa ibu sungguh sangat besar?
Belum? Sungguh kita termasuk akan yang durhaka dan mengingkari anugrah besar dari sang pencipta yang menghadirkan kita ke dunia.
Ingatlah wahai anak-anak manusia, ibu telah memberimu semua kebaikan dan apabila engkau sakit atau mengeluh, tampak darinya kesusahkan yang luar biasa, panjang sekali kesedihannya, dan dia keluarkan hartanya untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan ahlak yang tidak baik.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tak berharga di sisimu. Padahal, engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau pusa minum dalam keadaan dia kehausan. Dan engkau dahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu, ketimbang ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah ibumu lakukan.
Kelak, engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu. Dan Allah akan membalas di akherat dengan dijauhan dari Allah Rabbul’alamin.
“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hambanya.” (QS Al Hajj: 10).
Marilah kita hentikan semua kesombongan diri dan merasa semua yang kita raih adalah hasil kerja keras diri kita sendiri, dan melupakan jasa besar orangtua, teutama ibu. Mari kita bersyukur ke hadirat Allah SWT, atas curahan rahmat yang tidak pernah berhenti, semenjak berada di rahim ibu, lalu ibu melahirkan kita ke alam dunia yang fana ini.
Manusia dilahirkan ke alam dunia yang fana ini dengan dianugerahi berbagai keistimewaan. Keistimewaan manusia yang paling utama terletak pada sejauh mana ia dapat memberi manfaat terhadap orang lain. Nabi SAW bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Ibu adalah sosok manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Jasa ibu yang paling menonjol dipaparkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
“ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun..” QS Lukman ayat 14.
Menurut ayat di atas, ada dua macam jasa ibu yang paling dominan. Pertama, mengandung. Wanita yang sedang mengandung terkekang kebebasannya; yang memiliki hibi olah raga berhenti, apalagi pada saat ngidam, serba tidak enak, makan tidak enak, tidur tidak nyaman, sudah hamil besar keelokan tubuhnya hilang, pantas kalau Allah SWT menggambarkan dengan sangat susah payah.
Kedua, Menyusui sampai menyapihkan. Menyusui merupakan pekerjaan yang luar biasa beratnya, terutama malam hari pada saat tidur nyenyak. Tanpa ada keluhan dari ibu, kapanpun dan dalam keadaan apapun, sang ibu akan melayani tuntutan anaknya untuk menyusu. Tanpa menghitung waktu, dijalaninya tuntutan itu dengan kerelaan hati.
Pada ayat lain, kepayahan ibu itu lebih di rinci lagi, yaitu sebagai berikut :
“ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan... “ QS Al-Ahqaf ayat 15
Perjuangan kaum ibu berjuang antara hidup dan mati dalam melahirkan. Kaum ibu merelakan segalanya untuk keselamatan kelahiran anaknya, baik harta, tenaga maupun nyawa. Selain yang disebut diatas, dekapan dan kasih sayang ibu merupakan pendidikan utama yang mewarnai kepribadian anak. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Tidak ada satu bayipun kecuali dilahirkan dalam fitrah, maka ibu-bapaknyalah yang meyahudikannya, menasranikannya dan memajusikannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Betapa besar dan banyaknya jasa orangtua kepada manusia, khususnya ibu. Karena itu Allah mewajibkan kepada segenap manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, terutama ibu. Bentuk-bentuk perbuatan baik terhadap ibu bapak dijelaskan dam Al-Qur’an Surat Al Isra’ ayat 23-24
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".”
Sehubungan dengan jasa ibu yang luar biasa, Rasulullah SAW telah melebihkannya daripada ayah dalam perbuatan baik anak-anaknya dalam sabdanya :
Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya siapakah yang lebih pantas mendapat persahabatan yang baik daripadaku? Nabi menjawab : “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya kemudian siapa lagi? “ Nabi menjawab : “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya: “ kemudian siapa lagi?”. Nabi menjawab : “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya: “kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab: “Bapakmu” (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut hadits di atas, perbandingan ibu dengan ayah dalam perbuatan baik anak-anaknya adalah 3 berbanding 1. Hal ini menunjukkan keistimewaan kaum ibu yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Bahkan dalam hadits lain, mengurus ibu lebih diutamakan daripada mengikuti perang di jalan Allah.
“ Minta izin kepada Nabi seorang laki-laki untuk ikut berperang. Nabi bertanya masih mempunyai ibukah kamu? Laki-laki itu menjawab, masih. Lalu Nabi bersabda : Jagalah Ibumu, karena surga itu ada di bawah kakinya.” (HR. Ibnu Majah)
Semoga kita termasuk anak-anak yang shaleh dan berbakti kepada orangtua, ibu dan bapak. Dan kita mendapat bimbingan Allah SWT untuk senantia berada di jalan kebenaran. Amin. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar