Rabu, 19 Agustus 2015

Mengapa Harus Aku yang Diuji? Mengapa Bukan Mereka?

>>> Memahami Cinta Allah yang Datang Melalui Ujian


--- “ Dan kami pasti akan menguji  kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah – buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang – orang yang sabar. “  (Q.S Al baqarah : 155 ) ---

Manusia selalu berharap rencana akan berjalan dengan baik, tanpa sedikitpun menyisakan kekecewaaan. Namun pada kenyataanya, banyak rencana dan hasilnya tidak sama. Kecewa kah? Boleh jadi sebagian dari kita akan kecewa, tapi tidak dengan orang yang pandai mengambil hikmat dari setiap peristiwa yang Allah SWT hadirkan ke hadapan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Manusia yang demikian akan beryukur karena maha suci Allah yang menciptakan persoalan – persoalan, yang dengan persoalan itu mereka jadi tambah ilmu, tambah pengalaman, tambah wawasan dan tambah iman.        

Ketika hidup tak berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan, pedih dan getirpun menjadi rasa yang tertuai. Dalam situasi seperti itu, terkadang yang terucap dari mulut kita adalah “ Ya allah kenapa harus aku yang di uji?” Mengapa bukan orang lain saja. Lalu seolah – olah menyalahkan dan bersu’udzon kepada allah. Seolah Allah tidak berpihak, sudah tahajjud, shaum senin kamis, shaum daud, kok Allah tidak berpihak juga ya, pernah tidak seperti itu? Nah jadi kita ini bukan saja harus menyadari, namun juga harus bertanya pada diri sendiri, hidup ini untuk apa? Jawaban yang tepat untuk ibadah bukan? Sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyaat:56 yang artinya "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku".  

Kalau begitu tidak ada alasan untuk bersedih, apalagi setelah kita merenungi hadits Rasulullah SAW yang kutipannya seperti ini, bahwa Allah sedang memilih kepada siapa cinta-Nya akan diberikan, kemudian Allah akan menguji hambanya dengan memberi cinta-Nya apabila hambanya dapat sabar dalam cobaannya itu Allah akan memilihnya untuk memberikan cinta-Nya dan apabila dia ikhlas, maka Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dan ridho Allah ada beserta hambanya yang ridho dan ikhlas.

Jadi kalau lagi susah hati itu bukan berarti Allah tidak berpihak, kenapa? karena  Allah  sedang menguji kita dalam keadaan tidak berkenan, tidak enak, tidak menyenangkan, cinta kita kepada Allah harus tetap tinggi. Adanya kesedihan yang muncul, adanya fikiran kondisi tersebut karena Allah tidak berpihak, jangan sampai membuat kita larut didalamnya, kenapa? karena kalau dalam keadaan begitu Allah memanggil kita kemudian wafat, kita bagaimana?

Idealnya kita hidup di dunia ini ingin merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Tapi ternyata justru yang namanya hidup, pasti penuh dengan ujian, sebuah keniscayaan yang telah jadi sunatullohNya. Karena hidup adalah tempatnya ujian atau masalah. Sebagaimana firmannya : 
“ Dan kami pasti akan menguji  kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah – buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang – orang yang sabar “    (Q.S Al baqarah : 155 )
“ Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk kami menguji mereka siapakah diantaranya yang terbaik perbuatannya” ( Q.S al Kahfi  : 7 )

Karena hidup tidak selamanya merasakan kebahagiaan saja, pun tidak hanya merasakan kesedihan saja, setiap manusia pasti memiliki episodenya masing-masing. Yang menjadi masalah sebenarnya bukan pada masalahnya, namun masalah yang utama adalah sikap kita terhadap suatu masalah. Dengan masalah yang sama ada yang bersyukur, dan yang lain ada sebaliknya. Rasulullah bersabda :“Sesungguhnya urusan orang beriman itu selalu baik, apabila di timpa kebaikan ia bersyukur dan syukur itu baik baginya. Dan apabila ia di timpa kesusahan ia bersabar dan sabar itu baik baginya.”
           
Jadi ketika persoalan hidup datang menghampiri kita, apa yang harus kita lakukan? Yang pertama adalah Hati siap menghadapi yang cocok dengan keinginan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. “ Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui “ ( Q.S Al Baqarah : 216 )

Kita mesti mengerti bahwa jelek menurut kita belum tentu jelek juga menurut allah, ilmu allah sangat luas sedangkan ilmu kita sangatlah terbatas, siapa tahu yang menurut kita itu jelek, ternyata itu adalah jalan kebaikan bagi kita. Seperti minum jamu, diawal ketika kita meminumnya, kita akan merasakan pahitnya jamu, tapi coba kita rasakan setelah minum jamu, badan menjadi terasa lebih sehat, begitu juga dengan ujian yang datang menimpa kita, pahit memang, getir juga iya, tapi ketika kita bisa menyikapi ujian yang kita hadapi itu dengan berhusnudzan pada allah, maka tidak hanya hati kita yang menjadi tenang, tapi akhlak menjadi cemerlang dan allah pun pasti akan sayang. Kita boleh saja menangis, tapi ini bukanlah akhir dari segalanya. Bukan kah selama ini kita meminta pada allah untuk di tunjukkan jalan yang terbaik? Dan mungkin iniah caranya allah untuk menunjukkan kepada kita mana jalan yang terbaik bagi kita.

Langkah yang kedua adalah kalau sudah terjadi harus Ridho. Karena tidak ridho pun tetap terjadi. Orang itu menderita bukan karena kenyataannya, tapi karena tidak bisa menerima kenyataan. Dan orang yang enak itu adalah orang   yang bisa menghadapi kenyataan. Karena ridho itu sendiri adalah menerima kenyataan sambil memperbaiki keadaan. Terkadang kita sering mengeluh pada allah, “ Ya allah, kenapa ujianku seberat ini?” ingat“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya itu” (Q.S Al Baqarah : 286) 

Allah maha tahu kadar kesanggupan kita dalam menghadapi ujiannya itu. Dan kita pasti mampu untuk menghadapinya.
           
Langkah yang ketiga, ketika kita diuji adalah jangan mempersulit diriYassiru walaa tuassiru ya allah mudahkanlah jangan di persulit. Lantas apakah kita harus frustasi dan berputus asa?
“ Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula kamu bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman” ( Q.S Ali Imran : 139 )
“ Janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah, sesungguhnya allah mengampui dosa – dosa semuanya. Sungguh dia lah yang maha pengampun dan maha penyayang”( Q.S Az Zumar :53 )
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah kecuali orang kafir “ ( Q.S Yusuf : 87 )

Selanjutnya yang ke empat adalah evaluasi diri. Tafakuri diri, kenapa ini terjadi, Karena tidak ada suatu kejadian tanpa seizin allah dan tidak ada sesuatu yang kebetulan melainkan atas kehendaknya. Tayakan dengan jujur pada diri sendiri apa salah saya? Apa perbaikan yang harus saya lakukan. dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kita harus siap ketika ujian dan cobaan akan terus menerus datang menghampiri. Ia tidak akan hilang hingga segala karat – karat dosa kita terkikis olehnya.

Lalu kapan ujian ini akan segera berakhir? Ingat rumus puasa, kita menahan lapar dan haus karena yakin sebentar lagi akan tiba saatnya untuk berbuka. hujan pasti berakhir, badai pasti berlalu dan malam akan berganti siang. semakin beratnya ujian justru semakin dekat dengan jalan keluar.
“maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” ( Q.S Al Insyirah : 5-6 ) Setiap satu kesulitan diapit oleh dua kemudahan. Dan rumus dalam menyikapinya adalah HHN ( Hadapi Hayati dan Nikmati ) tidak akan kemana – mana pasti akan ada ujungnya.


Lalu pada siapa aku harus berharap? Dan inilah langkah yang kelima Bersandar hanya pada allah.”Cukuplah allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia dan hanya kepadaNya aku bertawakal.” (Q.S At Taubah : 129). Semoga Allah menggolongkan kita menjadi hamba-hambanya yang penuh semangat dan gairah hidup untuk menyempurnakan ikhtiar di jalan yang diridhai-Nya, sehingga hidup singkat di dunia benar-benar penuh kesan dan arti. (Diolah dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar